BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peninggalan sejarah yang sangat tinggi nilainya, salah satu peninggalan terdapat di Jawa Timur, khususnya di daerah Trowulan Mojokerto. Di daerah tersebut terkenal dengan bekas peninggalan kerajaan Majapahitnya.
Kerajaan Majapahit yang berkembang selama kurang lebih 200 tahun, meninggalkan beraneka benda arkeologi, peninggalan tersebut ada yang berupa bangunan yang bersifat monumental, salah satu peninggalan tersebut adalah candi Tikus.
Candi Tikus terletak di wilayah administrasi dukuh Dinuk Desa Temon kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Pada zaman dahulu masyarakat sangat memiliki hubungan erat dengan keagamaan masyarakatnya,
namun pada saat ini fungsi candi tersebut lebih cenderung digunakan sebagai tempat pariwisata, oleh karena itu penulis terilhami untuk membahas sebuah paper yang berjudul "Candi Tikus Antara Ibadah dan Wisata"
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut, kita dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh candi tikus terhadap peribadatan masyarakat sekitar ?
2. Bagaimana pengaruh candi tikus terhadap kegiatan pariwisata ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dalam penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh candi tikus terhadap peribadatan masyarakat sekitar ?
2. Untuk mengetahui pengaruh candi tikus terhadap kegiatan pariwisata ?
D. Kegunaan Pembahasan
1. Sebagai media bagi penulis untuk mengasah pikiran dalam menulis karya ilmiah meskipun terkesan sangat sederhana.
2. Sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa mendatang.
3. Bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengkaji ulang permasalahan yang sama.
E. Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pengertian judul penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskannya :
Candi Tikus : Nama sebuah candi di daerah Trowulan Mojokerto (Hasil penelitian, 2006)
Ibadah : Perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, y yang didasari ketaatan mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya. (Putra Harsa, 2002: 184)
Wisata : Bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang; piknik, bertamasya. (KBBI, 2000 : 105)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sejarah Ditemukannya Candi Tikus
Pada tahun 1914 sawah pertanian di dusun Dinuk diserang hama tikus. Hal itu menyedihkan hati warga dusun, karena itulah mereka bertekad untuk menghancurkan hama pengrusak tersebut secara ramai-ramai, mereka mencari lubang-lubang tikus
Suatu ketika mereka mendapatkan beberapa buah lubang tikus di sebuah bukit kecil. Bukit itu kemudian mereka gali. Namun, usaha mereka terbentur pada tumpukan bata-bata merah. Hal itu mereka laporkan kepada Bupati Mojokerto, yaitu Raden Adipati Ario Kromogoyo Adinegoro. Ternyata mereka mendapatkan sebuah bangunan kekunoan yang luas dan berbentuk candi, karena itulah maka bangunan tersebut dinamakan candi tikus. (buku: mengenal Peninggalan Majapahit, Trowulan, 2004:43)
B. Bentuk Bangunan Candi Tikus
Bangunan ini merupakan suatu bangunan petirtaan, yang berdiri pada permukaan tanah yang jauh lebih rendah dari muka tanah di sekitarnya, yaitu + 3,50 meter. Karena itu untuk mencapai lantai harus menuruni tangga masuk yang berada disisi utara.
Denah bangunan berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 22,50x22,50 meter dan tinggi keseluruhannya 5,20 meter. Bahkan yang digunakan untuk bangunan ini adalah bata untuk bangunan induk, teras dan kolam. Sedangkan batu andesit digunakan untuk pancuran air yang terbentuk makara dan padma. Jumlah pancurannya sekitar 46 buah, namun yang masih tersisah sekitar 19 pancuran dan yang lainnya disimpan di balai Penyelamatan Arca Trowulan.
Disamping pancuran terdapat pula saluran air masuk terletak di sebelah selatan atau dibelakang bangunan induknya dan saluran pembuangan terletak di sebelah Utara di lantai dasar dekat tangga masuk. Bangunan induk terletak di bagian tengah yang dikelilingi bangunan menara-menara pada teras pertama terdapat 8 menara dan teras kedua juga 8 menara, namun yang 4 terletaknya di sudut bangunan. (Buku : Mengenal Peninggalan Majapahit, Trowulan, 2004: 44)
C. Candi Tikus sebagai Konsep Kepercayaan dan tempat Pariwisata
1. Konsep Kepercayaan
Ditinjau dari sudut arsitekturnya candi tikus mengingatkan pada penggambaran konsep Makrokos yang berpusat pada gunung Mahameru. Di Puncak Gunung tersebut para dewa bersemayan dan air yang mengalir dari mahameru dapat dianggap sebagai air suci (Amerta). Konsep tentang kesucian Mahameru ternyata dikenal baik dalam Hindusme maupun Budhaisme. Jadi, sangat mungkin candi Tikus merupakan sebuah pertitaan yang disucikan oleh pemeluk Hindu dan Budha, jadi candi Tikus merupakan replica atau lambang Mahameru, yaitu bentuk bangunannya yang makin ke atas makin kecil serta bangunan induknya seakan-akan ada puncak utama yang dikelilingi oleh delapan puncak yang lebih kecil.
Kita dapat melihat bahwa arti peninggalan purbakala sangat berbeda bagi golongan masyarakat tersebut. Ada yang melihat bangunan-bangunan itu sebagai tempat suci dan ada yang melihatnya sebagai tempat yang tidak spiritual, akan tetapi spiritual yang muncul jauh lebih banyak, oleh karena sifat-sifat bangunannya sebagai tempat pemujaan. Akan tetapi juga terdapat ketegangan antara pengguna spiritual dengan orang yang memanfaatkannya dalam arti yang berbeda. Misalnya : Candi Tikus mencurigai orang asing dan pengunjung sebagai orang yang dapat merusakkan suasananya yang ada di sekitar tempat pemujaan.
Ketika membicarakan sejarah peninggalan purbakala dengan seorang penduduk Mojokerto dia (juru kunci) mengatakan bahwa candi dan arca dari kerajaan dahulu dibuat supaya masyarakat di masa depan akan tahu tentang adanya kebudayaan dan kepercayaan yang berkaitan dengan situs-situs itu. Sebaiknya, candi dan arca itu diratakan tanah supaya orang pada masa depan tidak akan tahu tentang kebudayaan itu. Memang kita dapat melihat bahwa pada masa dahulu kerajaan Islam memiliki peran utama dalam proses islamisasi Jawa. Selama abat ke-16 dan ke-17 kerajaan tersebut mengatur pekerjaan menghancurkan wihara dan candi yang bersifat Siwan Budha dan menggantinya dengan masjid-masjid, artinya peninggalan-peninggalan itu juga diancam, oleh karena orang muda tidak menganggap kepercayaan itu sebagai sesuatu yang serius, sekarang orang muda biasanya lebih dipengaruhi oleh Islam yang bersifat ortodoks. Kepercayaan dan pemujaan yang dilakukan di situs-situs purba dianggap sebagai sesuatu yang kuno atau telah ketinggalan zaman. Orang muda itu tetap menghormati baik kepercayaan tradisional maupun orang yang memegang kepercayaan itu, akan tetapi mereka lebih cenderung kepada konsep Islam yang lebih "Modern" (Internet: Situs-situs Peninggalan Majapahit di daerah Trowulan, Drs. I.G.Bagus L. Arnawa)
2. Sebagai tempat Pariwisata
Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang sifatnya sementara yang dilakukan perorangan atau kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan maupun keserasian dengan lingkungan hidup dimensi sosial budaya alam dan ilmu. menurut konferensi PBB tentang definisi pariwisata Nasional di Roma pada tahun 1963 adalah orang yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam. Secara konseptual pariwisata adalah turis wisatawan dengan bertujuan pleasure (senang-senang), recreation (rekreasi), holiday (liburan), health (kesehatan), sport (olah raga) dan lain-lain. (a. Spillane, Jaeni Dr. 1985)
Indonesia sebagai negara kepulauan yang mempunyai beberapa objek wisata alam budaya yang selalu menawarkan nilai-nilai plus objek wisata yang ada di Indonesia, sebagian besar sudah dikenal masyarakat yang letaknya di daerah Jawa Timur yaitu Mojokerto. Misalnya Candi Tikus sebagai mengenang peninggalan Majapahit.
Kendala arsitekturnya candi Tikus memang benar-benar mengenang sebagai salah satu peninggalan Majapahit pada zaman dahulu. Sehingga para pengunjung sangat tertarik dan terkesan ketika membuktikan bahwa candi tikus sangatlah layak dipromosikan di kalangan para arsitekturnya diberbagai manca negara, sehingga wartawan dari manca negara sangat terpesona ketika menyaksikan candi Tikus yang benar-benar arsitekturnya sangat mengagumkan dan lokasi yang sejuk di kombinasikan dengan fasilitas-fasilitas yang memadai. Contoh : tempat parkir, kamar mandi, tempat ibadah dan lain-lain. selain berfungsi sebagai objek pariwisata yang tentunya di kunjungi oleh pariwisata, baik wisatawan domestik ataupun wisatawan asing. Candi Tikus juga dimanfaatkan sebagai mata pencaharian oleh masyarakat trowulan Mojokerto.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. Pengaruh Candi Tikus Terhadap Peribadatan Masyarakat Sekitar
Peninggalan-peninggalan purbakala masih memiliki peran dan arti bagi beberapa golongan dalam masyarakat Jawa dan Bali dan pada khususnya dalam arti keagamaan. Bagi tiga aliran agama dan kepercayaan utama di Jawa, bangunan ini memiliki peran yang penting yaitu agama Islam yang cenderung kepada kepercayaan asli Jawa, agama Hindu baik Jawa, Bali dan Agama Budha.
Bagi umat Islam dahulu peninggalannya dianggap sebagai tempat dimana arwah nenek moyang, makhluk halus dan Dewata dapat dipuja supaya komunitasnya selamat dan bebas dari bahaya. Selamatan dan upacara lain sering diadakan di bangunan suci terutama di daerah pedesaan. Bangunan seperti candi dianggap sebagai tempat dimana peziarah dapat memikirkan kehidupannya dan memuji para arwah nenek moyangnya dalam susana yang cocok. Namun umat Islam zaman sekarang membantah kepercayaan zaman dahulu dan menganggapnya sebagai sesuatu yang salah dalam pengertian agama Islam yang benar, karena kebanyakan orang Islam zaman sekarang lebih dipengaruhi oleh Islam yang bersifat ortodoks (berpengaruh pada peraturan dan ajaran resmi) kepercayaan dan pemujaan yang dilakukan oleh zaman dahulu dianggap sebagai sesuatu yang kuno atau telah ketinggalan zaman. Sedangkan orang zaman sekarang tetap menghormati baik kepercayaan tradisional maupun orang yang memegang kepercayaan. Akan tetapi mereka lebih cenderung kepada konsep Islam yang lebih modern, karena sudah banyak masjid-masjid yang telah didirikan.
Bagi umat Hindu peninggalan purbakala dianggap sebagai tempat dimana Dewata berdiam selama suatu upacara dilakukan. Candi Tikus pun dianggap sebagai bangunan suci yang merupakan tempat penyiaraan umat Hindu. Bangunan-bangunan purbakala merupakan suatu hubungan antara umat Hindu sekarang dengan nenek moyangnya dan sejarah berdirinya. Sedangkan bagi umat Budha berziarah ke bangunan suci sebagai tanda kehormatan dan untuk mempraktekkan ajaran Budha yaitu mengenal dan mengasah pikirannya. Seperti halnya dengan umat Hindu, umat budha juga melihat bangunan-bangunan dalam arti kesejahteraan. Pada hari besar Budha, misalnya hari Waisak, bangunannya menjadi Fokus untuk kepercayaan dan penyemedian. Tetapi, pengaruh ajaran Hindu-budha di zaman sejarah sudah mulai hilang sesuai dengan perjalanan waktu. Hanya saja pada hari-hari besar Hindu-Budha masih sering dijumpai pelaksanaan ritual-ritual keagamaan seperti sembahyang dan persembahan sesajen atau bersemedi yang dilakukan oleh masyarakat khususnya masyarakat dari berbagai di daerah Bali dan sekitarnya.
B. Pengaruh Candi Tikus terhadap Kegiatan Pariwisata
Pada umumnya para pengunjung candi Tikus datang mengunjungi candi Tikus sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan masing-masing. Ada yang datang ke candi Tikus hanya untuk sekedar berwisata, bersenang-senang, piknik, dan refreshing. Ada juga yang datang untuk study tour atau penelitian-penelitian (perluasan pengetahuan) dan ada juga digunakan sebagai tempat bermain oleh anak-anak atau dimana pasangan dapat berkencang dalam suasana sepi, jadi candi sangat berpengaruh bagi muda-mudi yang salah menggunakan tempat candi Tikus sebagai tempat kencan, karena candi Tikus itu suasananya sepi dan nyaman, kecuali hari-hari tertentu yang dijadikan tempat fokus sebagai perayaan atau persemedian.
Candi Tikus adalah salah satu tempat pariwisata yang sangat bagus diantara candi-candi yang lain di daerah Trowulan, sehingga banyak wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang datang berkunjung untuk menikmati keindahan candi tikus tersebut. Oleh karena itu Dinas Pariwisata bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melestarikan keindahan candi Tikus. Dengan adanya kerjasama tersebut candi tikus dapat menghasilkan pendapatan dari para pengunjung dan pendapatan itu nantinya akan dapat memberi masukan kepada Dinas Pariwisata dan juga dapat membantu pendapata pemerintah daerah. Misalnya: pembelian karcis, parkir, pajak penjualan dan lain-lain.
BAB IV
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Sebagai akhir dari penulisan ini penulis menyampaikan kesimpulan dari materi yang telah dibahas di bab-bab sebelumnya dengan mudah memberikan gambaran tentang isi paper ini secara keseluruhan sebagai berikut :
1. Adapun pengaruh Candi Tikus tidak begitu terlihat terhadap peribadatan masyarakat sekarang karena masyarakat sekitar mayoritas penganut ajaran penurut kepercayaan dan keyakinan masing-masing, tetapi masyarakat sekarang tidak seperti masyarakat dulu yang cenderung kepada kepercayaan asli Jawa.
2. Dengan adanya candi Tikus di daerah Trowulan Mojokerto, selain bisa digunakan sebagai tempat peribadatan, candi tikus itu juga digunakan sebagai objek wisata yang tentunya dikunjungi oleh wisatawan , baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing.
B. Saran-Saran
1. Sebagai generasi penerus bangsa, sebaiknya kita harus menjaga dan melestarikan peninggalan bersejarah yang merupakan budaya yang sangat tinggi sebagai bukti bahwa sejak dahulu kita memang kaya budaya.
2. Hendaknya tanamkan cinta terhadap budaya kita agar tidak terpengaruh oleh budaya asing.
3. untuk masyarakat umum tetaplah memelihara budaya-budaya kita dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arnawa, Drs. I.G. Bagus L., 2004. Mengenal Peninggalan Majapahit di Daerah Trowulan Mojokerto, Koperasi Pegawai Republik Indonesia Purbakala.
Departemen Agama RI. 1974, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta; FA Menara.
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Http : //www. Sejarah Candi Tikus. Com
Http : // Majapahit. Virtualave.net/candi/lis.htn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMAKASIH