A. Pendahuluan
Alqur’an memberikan kekhususan dan keistimewaan kepada nabi Muhammad SAW, hal ini dikarenakan tantangan dan cobaan yang dihadapinya lebih berat, namun keberhasilan yang dicapainya melampaui keberhasilan yang dicapai para nabi sebelumnya. Dalam beberapa komentar disebutkan oleh Annie Besant, dalam bukunya The Life and Teaching Of Muhammad sebagaimana dikutip H.M Quraish Shihab sampai pada kesimpulan : Mustahil bagi siapapun yang mempelajari kehidupan dan karakter Muhammad SAW, hanya mempunyai perasaan hormat saja terhadap nabi mulia itu. Ia akan melampauinya sehingga meyakini bahwa beliau adalah seorang nabi terbesar dari sang pencipta.
Tentu saja informasi yang disampaikan al-Qur’an dan penjelasan yang diberikan para ahli sejarah mengenai kisah para rasul berikut permasalahan yang dihadapinya bukan hanya sebagai pengetahuan atau wacana, melainkan untuk digali pesan ajaran moral yang terkandung didalamnya, serta dijadikan bahan renungan untuk kemungkinan diterapkan pada masa selanjutnya. Dengan demikian keimanan yang demikian itu diharapkan dapat menimbulkan dampak psikologis edukatif bagi umat manusia.
Seiring dengan uraian tersebut, pada makalah ini penulis mencoba membahas lebih lanjut mengenai makna kerasulan dan dampaknya bagi pembinaan dan pendidikan ummat manusia, dengan focus kajian surat An-Nisa’ ayat 115 yang kemudian dihubungkan dengan surat Ali Imron ayat 106-108.
B. Surat An-Nisa’ Ayat 115-117 dan Ali-‘Imron Ayat 106-108
1) Surat An-Nisa’ ayat 115 selengkapnya berbunyi :
• • •
Artinya : dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukan ia ke dalam neraka jahannam, dan neraka Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
2) Surat An-Nisa’ ayat 116 selengkapnya berbunyi :
• •
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.”
3) Surat An-Nisa’ ayat 117 selengkapnya berbunyi :
•
Artinya :
Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka,
Dikalangan para ulama rafsir jarang sekali dijumpai keterangan yang menjelaskan tentang sebab-sebab turunnya ayat 115 tersebut. Dari 176 ayat yang terkandung dalam surat An-Nisa’ ini diketahui tidaklah turun sekaligus, melainkan secara bertahap sesuai dengan situasi dan kondisi yang mengitarinya. Namun tidak seluruh ayat tersebut ada penjelasannya. Namun demikian kandungan ayat 115-117 yang antara lain berisi kecaman terhadap orang yang menentang Rasul dengan akan dimasukkannya kedalam neraka Jahanam, dapat diketahui bahwa ayat ini turun dalam situasi dimana masyarakat Arab Jahiliyah pada saat itu banyak yang menentang Rasulullah. Penentangan ini dapat difahami karena sesuai dengan penjelasan, bahwa secara umum keadaaan masyarakat pada saat datangnya para Rasul berada dalam keadaan chaos, jauh dari kebenaran dan cenderung menentang kepada siapa saja yang mengingatkan dan meluruskan mereka.
Dengan keadaan demikian, maka wajar jika banyak orang yang masih belum mau mengikuti Rasulullah. Walau demikian karena Rasulullah SAW membawa agama yang diturunkan oleh Allah, maka dengan sendirinya Allah melindunginya dan sekaligus mengecam orang-orang yang menentangnya.
Kecaman Allah pada ayat tersebut juga sebagai akibat dari pelanggaran yang mereka lakukan terhadap perintah Allah sebagaimana ayat 59 surat An-Nisa’, yaitu perintah agar mentaati Allah dan mentaati Rasulullah, ayat tersebut selengkapnya berbunyi :
Artinya : ”Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu.”
Karena orang-orang tersebut jelas mengabaikan perintah Allah SWT tersebut maka wajar jika Allah mengecam mereka dengan neraka jahanam. Sebagai calon penghuni neraka jahanam, mereka memiliki ciri-ciri khusus di hari kiamat, sebagaimana dijelaskan surat Ali-Imron ayat 106-108 sebagai berikut :
• • •
“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, Maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya. Itulah ayat-ayat Allah. kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya.”
Adapun orang-orang yang menjadi putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.
Itulah ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya.
Dalam berbagai kitab tafsir tidak dijumpai pendapat yang menjelaskan tentang hubungan secara langsung antara surat An-Nisa’ ayat 115 dengan syarat yang terdapat dalam surat Al-Imron tersebut diatas. Namun dapat dilihat dari segi isinya tampak antara ayat-ayat tersebut saling menafsirkan, ayat 115-117 surat An-Nisa’ yang menjelaskan kecaman Allah terhadap orang-orang yang mengingkari Rasulullah SAW berupa siksaan api neraka Jahanam, sedangkan ayat 106-108 surat Al-Imron menjelaskan ayat-ayat tersebut.
C. Kandungan Surat An-Nisa’ Ayat 115-118 (Tafsir)
Maksud dari ayat 115 sebagaimana dijelaskan oleh al-Maraghi adalah sebagai berikut: Barang siapa yang menentang Rasul dengan cara murtad dari Islam dan menunjukan dengan jelas permusuhan kepadanya, setelah tampak dengan jelas hidayah (petunjuk) pada ucapanya, dan ditegakan argumentasi yang kuat, serta mereka mengikuti jalan yang tidak sesuai petunjuk, maka kami (Rasul) akan membiarkan mereka itu berada dalam kesesatan.
Lebih lanjut al-Maraghi menjelaskan bahwa ayat tersebut menerangkan sunatullah yang berlaku terhadap amal perbuatan manusia, serta penjelasan terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya, berupa kehendak, kebebasan dan berbuat berdasarkan pilihanya sendiri. Sesuatu dari aspek perbuatan yang dipilihnya untuk dilakukan, itulah pula (balasan) yang akan diberikan Allah kepadanya. Amal perbuatannya itulah yang menjadi pemandu dan petunjuk terhadap jalan yang ditempuhnya. Dalam kaitan ini tidak akan dijumpai kekuasaan Allah yang dipaksakan kepada manusia agar ia mengerjakan atau meninggalkan perintah-Nya, hingga ia dimasukan kedalam neraka Jahanam karena perbuatan mereka sendiri.
Dengan demikian pada manusia terdapat kebebasan untuk memilih perbuatan yang akan dilakukanya dengan segala konsekwensi atau akibatnya. Orang-orang yang menentang rasul adalah karena pilihanya sendiri dan dimasukkannya mereka kedalam neraka jahanam juga karena pilihanya juga.
Kerasnya kecaman Allah kepada orang-orang yang menentang Rasulullah SAW tersebut tentu saja memiliki maksud yang amat dalam. Allah menginginkan agar ummat manusia mengikuti ajaran Rasulullah SAW dengan tujuan agar mereka tidak tersesat dan tidak pula celaka. Rasulullah SAW sendiri dalam salah satu hadistnya mengingatkan: aku tinggalkan dua perkara untukmu yang dijamin tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah (alqur’an) dan sunnah Rasul (Hadistnya). (H.R.Imam malik). Contoh-contoh dalam sejarah telah memperlihatkan bahwa orang yang durhaka kepada para Rasul berahir dengan kehidupan yang tragis, kehidupan mereka terhina, celaka dan buruk yang penyebab utamanya adalah diri mereka sendiri.
Selain dari pada itu, makna kerasnya kecaman Allah SWT kepada orang yang menentang Rasul itu dapat dipahami secara terbalik, yaitu bahwa Allah akan memberikan pujian bagi orang-orang yang mengikuti ajaran yang dibawa para Rasul tersebut, sebagaimana Allah SWT sendiri memuji Rasulullah SAW karena keagungan akhlaknya.
Akhlak Rasulullah SAW yang agung itu diceritakan dalam al-Qur’an dan juga dalam riwayat hidupnya dengan tujuan agar manusia meneladaninya. Dalam kaitan ini al-Qur’an menegaskan: Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah itu keteladanan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian. (Q.S. al-Ahzab, 33 ayat 21). Namun tentu saja mengikuti Akhlak Rasulullah SAW disesuaikan dengan kadar kesanggupan yang dimiliki manusia.
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas, terlihat dengan jelas bahwa uraian tentang makna kerasulan banyak terkait dengan kualitas, peran, fungsi dan hak-hak yang harus dimiliki oleh guru. Sikap dan kemampuan yang dimiliki Rasulullah SAW tersebut menggambarkan sikap sebagai seorang guru yang professional. Seorang yang guru yang professional selain harus menguasai materi pelajaran yang akan diajarkanya, juga harus memiliki kemampuan menyampaikan materi tersebut secara efisien dan efektif serta berakhlak mulia, selanjutnya menjaga dirinya dari perbuatan tercela dan berusaha menjadi teladan bagi murid-muridnya. Selanjutnya peran Rasulullah SAW sebagai pengajar, mubaligh, aksi, reformer, interpreter, contoh teladan yang baik dan hakim adalah juga termasuk peran-peran yang harus dimiliki oleh guru. Jika hal ini dapat terealisasi maka guru akan mendapat penghormatan selama guru tersebut dengan sungguh-sungguh melaksanakan peran dan fungsinya tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMAKASIH