BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai sumber hukum Islam kedua, Sunnah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Bahkan karena demikian pentingnya, di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang mengharuskan kita untuk konsisten terhadap Rasululloh SAW, baik berupa perintah-perintahnya maupun larangan-larangannya. Diantaranya ayat-ayat tersebut adalah (QS. 59).
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka berimanlah kalian. Dan apa yang dilaragnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.”.
Oleh karena itulah, tidak heran jika komitmen kaum Muslimin terhadap sunnah demikian tingginya, setinggi komitmen mereka terhadap Al-Qur’an. Karena mereka begitu meyakini dalam Aqidah mereka bahwa sunnah merupakan Wahyu yang Allah wahyukan kepada Rasulullah SAW, sebagaimana al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan bhawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.
Namun manakala Islam telah menyebar sedemikian luas ke berbagai penjuru dunia dengan demikian pesatnya. Ternyata terdapat beberapa kelompok dari kaum Muslimin sendiri yang mengikuti hawa nafsu mereka dengan membuat Hadits-Hadits palsu yang disandarkan kepada Rasululloh SAW yang sama sekali tidak pernah diucapkan oleh Rasululloh SAW. Sejarah mencatat bahwa Hadits-Hadits palsu banyak berkaitan dengan munculnya golongan-golongan seperti Syi’ah dan Mu’awiyah yang pada umumnya mereka ingin “sesuatu” yang dapat mengutamakan kelompok mereka sendiri hingga akhirnya mereka membuat Hadits-Hadits palsu tersebut. Selain sebab itu, tidak dapat dipungkiri juga ada sebab-sebab lain dalam pemalsuan-pemalsuan Hadits, seperti “mencari rizki”, menodai Islam. Dari permasalahan di atas maka kami akan membahas tentang Hadits palsu.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Hadits Maudhu’
b. Permulaan munculnya Hadits palsu dan penyebab munculnya Hadits palsu.
c. Usaha-usaha memberantas Hadits palsu.
d. Ciri-ciri Hadits palsu dan cara mendeteksi Hadits palsu
e. Pengaruh dan dampak tersebarnya Hadits palsu.
C. Tujuan Pembahasan
- Siswa memahami pengertian Hadits palsu
- Siswa mengerti kapan munculnya Hadits palsu dan penyebab munculnya Hadits palsu.
- Siswa mengetahui usaha-usaha ulama dalam memberantas Hadits palsu.
- Siswa mengerti ciri-ciri Hadits palsu dan cara mendeteksi Hadits palsu
- Mahasiswa mengerti dampak Hadits palsu pada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Hadits Maudhu’ secara etimologis merupakan bentuk isim Maf’ul dari يضع – وضع. Kata وضع memiliki beberapa makna. Antara lain (menggugurkan), (meninggalkan), mengada-ngada, dan membuat-buat. Sedangkan menurut istilah Hadits maudhu’ adalah sesuatu yang distandarkan atau dinisbatkan kepada Rasululloh SAW secara mengada-ngada dan dusta. Yang sama sekali tidak pernah diucapkan, dikerjakan atau ditetapkan oleh beliau.
2. Permulaan Munculnya Hadits Palsu
Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hadits-Hadits palsu muncul sejak terbunuhnya Kholifah Utsman bin Affan dan tampilnya Ali bin Abu Tholib serta Mu’awiyah yang masing-masing ingin memegang jabatan Kholifah. Maka umat Islam terpecah belah menjadi 3 golongan, yaitu Syi’ah, Mu’awiyah, dan Khawarij.
3. Sebab-sebab Munculnya Hadits Palsu
a. Motif Politik
- Kelompok Syi’ah
Syi’ah merupakan kelompok yang paling besar dan paling banyak membuat Hadits-Hadits palsu. Bahkan dikemukakan oleh Ibnu Abi al-Hadid, “Asal mula munculnya Hadits-Hadits palsu dari golongan Syi’ah mereka pada mulanya hanya membuat Hadits-Hadits palsu mengenai keutamaan mereka, kemudian mereka membuat Hadits-Hadits palsu untuk menantang musuh-musuh mereka.
Diantara Hadits-Hadits palsu yang mereka buat adalah:
“Wahai Ali, sesungguhnya Allah telah mengampuni, kedua orang tuamu, keluargamu, pendukungmu dan orang-orang yang mencintaimu”.
b. Pendukung Mu’awiyah
Sementara itu kelompok yang mendukung Mu’awiyah juga tidak mau kalah ketika mereka merasa diserang dengan Hadits-Hadits palsu, mereka pun ada yang akhirnya membuat Hadits palsu untuk menandingi lawannya, diantaranya Hadits palsu tersebut adalah:
“Orang-orang yang terpercaya di sisi Allah ada tiga: Aku, Jibril dan Mu’awiyah”.
c. Khawarij
1. Muhammad Ajjaj Al-Khatib mengemukakan:
“Tidak ada riwayat yang tegas bahwa kaum Khawarij membuat Hadits palsu. Bahkan menurut pendapat yang kuat, bahwa latar belakang ketiadaan mereka membuat Hadits palsu adalah keyakinan mereka bahwa pelaku dosa besar adalah kafir dan berdusta termasuk dosa besar. Bahkan banyak kabar yang mengukuhkan bahwa mereka merupakan kelompok yang paling jujur dalam meriwayatkan Hadits. Dalam hal ini Abu Daud mengatakan, “diantara para pengikut hawa nafsu, tidak ada aliran lebih yang lebih shahih Haditsnya dibandingkan dengan Khawarij”.
2. Upaya-upaya Musuh Islam
Ketika wilayah Islam semakin luas dan pengikut Islam semakin banyak, ternyata tidak sedikit diantara mereka orang-orang yang sebenarnya sangat memusuhi Islam namun tidak kuasa untuk konfrontatif dengan Islam menggunakan senjata, karena begitu kuatnya pemerintahan Islam. Hal ini membuat mereka untuk berupaya menghancurkan Islam dari dalam. Diantara mereka adalah Muhammad bin Sa’id al-Syami yang merupakan kelompok zindiq, dia membuat Hadits-Hadits palsu. Diantara Hadits-Hadits palsu adalah:
“Aku adalah penutup para Nabi. Dan tidak ada Nabi sesudahku, kecuali apabila dikehendaki oleh Allah”.
Ada juga pemalsu Hadits yang bernama Abdul Karim bin Abi al-Auja’ yang memberikan pengakuan sebelum lehernya dipenggal karena memalsukan hadtis bahwa ia telah membuat hadtis palsu sebanyak empat ribu Hadits.
3. Perbedaan ras fanatisme, kesukuan, daerah dan imam
Terkadang fanatisme pada ras, suku, daerah atau imam dapat menjadikan pendorong dalam pemalsuan Hadits. Sebagai contoh pada fanatisme ras adalah Hadits palsu berikut:
a. Sebagai contoh pada fanatisme ras dan kesukuan adalah Hadits palsu berikut:
“Sesungguhnya bahasa orang-orang yang ada di Arsy adalah Bahasa Parsi”.
Kemudian ras lain yang berlawanan dengan kelompok Persia membuat Hadits palsu tandingannya:
Bahasa yang paling dibenci Allah adalah Bahasa Persia dan bahasa penduduk surga adalah Bahasa Arab.
b. Contoh Hadits palsu pada fanatisme imam adalah
“Akan tiba pada umatku seseorang yang bernama Muhammad bin Idris, dia lebih berbahaya bagi umatku dari pada Idris.”
4. (الخلافات المذهبية و الكلامية) perbedaan Mazhab dan Faham
Perbedaan madzhab dalam ibadah sampai derajat fanatic juga merupakan penyebab munculnya Hadits palsu. Masing-masing ingin mendapatkan legitimasi penguat untuk madzhab yang dianutnya. Diantaranya adalah Hadits palsu berikut:
من رفع يده في الركوع فلا صلاة له
“Barang siapa yang mengangkat tangannya ketika ruku’, maka tiadalah sholat baginya”
5. (القصاصون) pembuat cerita
Sebagian tukang cerita memiliki keinginan agar ceritanya didengar oleh orang banyak yang kemudian memotivasi mereka. Dan melambungkan angan-angan mereka. Dan melambungkan angan-angan mereka. Terkadang mereka melakukan itu demi untuk mendapatkan pemberian-pemberian dari para audiensnya. Salah satu contohnya adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Ja’far Muhammad Atthayalisi (Al-Khatib, 1989: 424-425).
”Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in sholat di masjid Ar-Rashafah. Kemudian ada seorang tukang cerita di hadapan jamaah berkata: “telah meriwayatkan pada kami Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in, keduanya berkata: Telah meriwayatkan kepada kami Aburrazaq dari Ma’mar dari Qatadah dari Anas, katanya : Rasululloh SAW, bersabda:
من قال لاإله إلا الله خلق الله من كل كلمة طهر امنقاره من ذهب و ريشه م مرجان.
“Barang siapa mengucapkan La ilaaha illallah, maka Allah akan menciptakan satu burung setiap katanya, yang paruhnya dari emas dan bulunya dari marjan”.
Mendengar kisah ini Ahmad bin Hambal menoleh ke Yahya bin Ma’in dan Yahya bin Ma’in juga menoleh ke Ahmad bin Hambal, lalu bertanya, engkau meriwayatkan Hadits itu? Lalu ia menjawab, demi Allah baru kali ini aku mendengarnya”. Kemudian seusai orang tersebut bercerita dan mengambil pemberian-pemberian, tukang cerita itu duduk untuk menunggu yang lainnya. Lalu Yahya memanggilnya, kemarilah! Lalu orang itu mendatangi Yahya bin Ma’in mengira akan diberikan sesuatu. Lalu Yahya bertanya: siapa yang meriwayatkan Hadits ini kepadamu? Ia menjawab, Ahmad bin Hambal dan Yahya bin Ma’in. Lalu Yahya berkata, aku Yahya bin Ma’in dan ini temanku Ahmad bin Hambal. Dan kami tidak pernah mendengar Hadits ini dari Rasululloh SAW. Lalu ia berkata: aku sering mendengar bahwa Yahya bin Ma’in adalah orang yang dungu, dan baru saat ini aku membuktikannya. Apakah tidak ada Yahya bin Ma’in dan Ahmad bin Hambal selain kalian berdua? Aku telah menulis tujuh belas Ahmad bin Hambal dan yang Yahya bin Ma’in. lalu Ahmad bin Hambal menutupkan kerah bajunya kemurkaan seraya berkata, “Biarkan ia pergi”, lalu ia pergi seperti sedang meremehkan keduanya”.
6. (الرغبة في القهر مع الجهل بالدين)
Terlalu semangat dalam kebaikan tanpa ilmu yang cukup terkadang orang-orang shaleh dan zuhud ingin memotivasi orang-orang yang sibuk dengan ke duniawi yaitu merek dengan Hadits-Hadits palsu, dengan harapan agar orang-orang tersebut terdorong untuk beribadah atau meninggalkan perbuatan yang tidak benar, serta mendapatkan pahala dari Allah SWT. Diantara Hadits-Hadits palsu yang mereka buat adalah:
من قرأ ليس في ليلة أصبح مغفورا له و من قرأ الدخان في ليلة أصبح مغفورا له.
“Barang siapa membaca surat Yasin pada malam hari maka pada pagi harinya dia telah diampuni dari segala dosanya, dan barang siapa membaca surat ad-Dukhon pada malam hari, pada subuh harinya dan telah diampuni dosa-dosanya”.
Diantara mereka adalah Maisaroh bin Abdi Rabbih, ketika Ibnu Mahdi bertanya kepadanya mengapa ia membuat Hadits-Hadits palsu seperti itu? Ia menjawab, aku memalsukannya untuk memotivasi manusia agar membacanya. (Al-Thahan, 1996:91).
Mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan tersebut sangat berbahaya dan jelas-jelas dilarang. Dan bila mereka diingatkan dengan Hadits ”Barang siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka hendaknya ia mempersiapkan tempatnya di Neraka”. Mereka menjawab, ”Kami tidak berdusta atas Rasululloh SAW, namun kami berdusta demi Rasululloh SAW”.
7. (التقرب من الحكام) ingin dekat dengan penguasa
Diantara pemalsuan Hadits yang terjadi adalah dikarenakan faktor ingin “Mencari muka” kepada para penguasa, agar mereka mendapatkan “sesuatu”. Diantaranya adalah seperti yang dilakukan oleh Ghiyats bin Ibrahim yang berdusta untuk kepentingan Khalifah al-Mahdi yang ketika itu Al-Mahdi sedang bermain burung. Ghiyats mengatakan:
لا سبق إلا فس فضل أو خف أو حافر أو جناح
“Tidak ada perlombaan kecuali dalam memanah, balapan unta, pacuan kuda, dan burung merpati”
Ghiyats menambah Janah (burung merpati) pada Hadits tersebut. Kemudian al-Mahdi memberikan sepuluh ribu dirham kepada Ghiyats kemudian memotong burung tersebut”. Setelah Ghiyats pulang, Al-Mahdi mengatakan, aku bersumpah bahwa tengkukmu adalah tengkuk tukang dusta kepada Rasulullloh SAW.
Hukum Meriwayatkan Hadits Palsu
Para ulama’ sepakat bahwa penyebaran Hadits palsu hukumnya “Haram” ini berdasarkan sebuah Hadits shahih dimana Nabi SAW. Bersabda: “Barang siapa dengan sengaja mendustakan aku, maka siap-siaplah dia masuk neraca. Sementara dari Golongan al-Karamiyah, yaitu pengikut Nabi Muhammad bin Karram (W. 255H) yang berkeyakinan bahwa Allah memiliki jasad seperti manusia. Ia berpendapat membuat Hadits palsu itu boleh-boleh saja asalkan untuk kepentingan Islam. Dan pendapat ini dibabat habis oleh para ulama’. Bahkan imam al-Juwaini menganggap pemalsu Hadits sudah keluar dari Islam.
Usaha Ulama’ Memberantas Hadits Palsu
Melihat munculnya Hadits-Hadits palsu, para ulama’ tidak tinggal diam. Mereka melakukan segala usaha dan upaya untuk memberantas Hadits palsu. Diantara usaha yang dilakukan para ulama’ adalah;
1. Berpegang pada Sanad
Karena berpegang pada sanad, seorang perawi dapat mengetahui atau mengecek kembali apakah perawi sebelumya itu termasuk yang tsiqah atau tidak. Jika perawinya adalah termasuk ahlul bathil dan ahlul bid’ah atau yang dikenal sebagai orang yang tidak dapat dipercaya. Maka riwayatannya akan ditinggalkan. Sebaliknya perawi Hadits hanya akan menerima Hadits-Hadits yang perawinya tsiqah dan terpercaya. Dalam hal ini Abdullah bin Sirrin mengatakan:
”Mulanya mereka tidak bertanya mengenai sanad, namun manakala terjadi fitnah mereka selalu menanyakan: sebutkan oleh kalian perawi-perawi kalia. Jika perawinya termasuk ahlus sunnah diterimanya Hadits. Dan jika ia temasuk ahlul bid’ah Haditsnya tidak diterima.”
2. Ketelitian dalam Meriwayatkan Hadits
Disamping sanad, para ulama mulai zaman tabi’in hingga zaman setelah mereka sangat teliti dan hati-hati dalam meriwayatkan Hadits. Hingga dari ketelitian tersebut dapat diketahui suatu Hadits maqbul atau mardud. Kemudian juga dipilah-pilah antara metode yang satu dan yang lainnya. Sehingga keotentikan Hadits tetap terpelihara hingga kini”.
3. Memerangi Para Pendusta dan Tukang Cerita
Para ulama Hadits juga memerangi para Pendusta Hadits dan juga para tukang cerita yang dikenal gemar memasulkan Hadits dengan cara menjelaskan dan mewanti-wanti mereka agar jangan mendekati dan mendengarkan mereka. Ulama Hadits juga menerangkan Hadits-Hadits maudhu’ tersebut kepada para murid-muridnya dan mengingatkan mereka untuk tidak meriwayatkan Hadits-Hadits palsu tersebut. Diantara para ulama yang dikenal sangat ”keras” terhadap Pemalsu Hadits adalah imam Syu’bah bin Al-Hajjaj (W. 160 H), Amir al-Sya’bi (W. 103. H), Sufyan al-Tsauri (W. 161 H), Abdurrahman bin Mahdi (W. 198H)
4. Menjelaskan ”status” perawi Hadits
Terkadang perawi Hadits harus menjelaskan mengenai keadaan perawi Hadits yang diriwayatkannya. Sejarah hidupnya, guru-gurunya, murid-muridnya, perjalanannya dalam menuntut Hadits dan lain sebagainya. Sehingga dari sini setiap perawi Hadits dapat diketahui ”statusnya”, apakah ia yang diterima sebagai perawi ini akhirnya memunculkan ilmu baru dalam Hadits, yaitu ilmu jarh wa ta’dil dan ilmu ruwatul Hadits. Dari ilmu in seseorang yang belajar Hadits akan dapat menjumpai mana Hadits yang shahih, hasan atau dhaif. Yang dhaif pun dapat diklasifikasikan apakah karena keterputusan sanad atau karena sebab lainnya. Sehingga Hadits tetap terjaga hingga sekarang ini.
5. Membuat kaidah-kaidah untuk mengetahui Hadits palsu
Disamping semua usaha yang telah dilakukan oleh para ulama sebagaimana di atas, ulama Hadits juga meneliti matan yang terdapat pada Hadits-Hadits palsu tersebut. Tujuan dari penelitian itu adalah agar dibuat kaidah-kaidah atau ciri-ciri khusus yang terdapat pada Hadits-Hadits palsu, agar setiap orang dapat membedakan antara Hadits dengan Hadits palsu.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang untuk memalsukan Hadits-Hadits Rasululloh SAW, namun Allah SWT tetap menunjukkan kepada kaum Muslimin betapa usaha mereka mendapatkan perlawanan yang hebat dari kaum Muslimin itu sendiri. Sehingga sunnah senantiasa tetap terjaga keotentikannya hingga hari ini dan Insya Allah hingga akhir zaman nanti. Barangkali inilah yang telah Allah janjikan dalam kitabnya. 61:8.
”Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya_Nya meskipun orang-orang kafir benci”.
Namun sebagai hamba-hamba Allah dan juga sebagai pengikut setia Rasululloh SAW, seharusnya generasi-generasi sekarang ini juga memahami dan tetap mewaspadai akan munculnya Hadits-Hadits palsu, yang tidak mustahil juga akan bermunculan pada era-era ini. Atau paling tidak dapat menjelaskan ke masyarakat mengenai Hadits-Hadits palsu yang beredar di masyarakat dengan sangat Masyhur, sementara mereka sendiri tidak mengetahui kepalsuan Hadits tersebut. Semoga Allah melimpahkan pahalanya kepada para ulama’ yang telah mengerahkan segala tenaga dan fikirnannya untuk ”menyelamatkan” sunnah dari tangan-tangan jahil yang akan merusaknya. Dan semoga kita dapat mengikuti langkah kaki mereka menuju keridhoan Allah SAW.
Ciri-ciri Hadits Palsu
a. Susunan Hadits itu baik lafadz maupun maknanya janggal, sehingga tidak pantas rasanya disabdakan oleh Nabi SAW. Seperti Hadits :
لا تسبوا الديك فإنه صديقي
Artinya:
“Janganlah engkau memaki ayam jantan, karena dia teman karibku”
b. Isi / maksud Hadits tersebut bertentangan dengan akal. Seperti Hadits:
الباذنجان شفاء من كل داء
Artinya:
“Buah terong itu menyebahkan segala macam penyakit”
c. Isi / maksud itu bertentangan dengan nash al-Qur’an dan atau Hadits mutawatir, seperti Hadits:
لا يدخل ولد الزنا الجنة
Artinya:
“Anak zina itu tak akan masuk surga”
Hadits tersebut bertentangan dengan firman Allah SWT:
ولاتزر وازرة وزر أخرى (فاطر: 18)
Artinya:
“Orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain”
Cara Mendeteksi Hadits
Ada beberapa cara untuk mengetahui Hadits palsu antara lain:
a. Pengamalannya ditolak
b. Bertentangan dengan al-Qur’an
c. Pengakuan Pemalsu
Para Pemalsu Hadits terkadang mengakui sendiri bahwa mereka membuat Hadits palsu seperti pengakuan Abu Ishmah Muh Bin Abu Maryam al-Wamawazi, ia mengakui membuat Hadits ”palsu yang berkaitan dengna fadhilah (keutamaan) membaca surat-surat al-Qur’an”.
d. Semi pengakuan
Pemalsu haditas terkadang tidak mengakui bahwa ia memalsukan Hadits. Namun ketika ditanya kapan ia lahir dan kapan gurunya wafat. Ia memberikan jawaban yang tidak tepat.
e. Rawinya Pendusta
Apabila dalam sanad Hadits terdapat rawi yang pendusta, maka para ahli Hadits itu palsu.
Pengaruh Dan Dampak Buruk Tersebarnya Hadits Palsu
Hadits “Palsu” yang banyak beredar di tengah masyarakat kita memberi dampak dan sangat buruk pada masyarakat Islam di antaranya:
1. Munculnya keyakinan-keyakinan yang sesat
2. Munculnya ibadah-ibadah yang bid’ah
3. Matinya sunnah.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan:
1. Hadits palsu adalah sesuatu yang disandarkan atau dinisbatkan kepada Rasululloh SAW secara mengada-ngada dan dusta, yang sama sekali tidak pernah diucapkan, dikerjakan atau ditetapkan oleh beliau.
2. Sebab-sebab munculnya Hadits palsu antara lain:
a. Motif Politik
- Kelompok Syi’ah
- Kelompok Mu’awiyah dan
- Kelompok Khawarij
b. Upaya-Upaya Musuh Islam
DAFTAR PUSTAKA
• Yaqub, Musthofa Ali, 2000. Kritik Hadits. Jakarta: Pustaka Firdaus.
• Ahmad, Muhammad. 2000. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia
• Azami. M.M. 2003. memahami Ilmu Hadits. Jakarta: Lentera
• Al-Khatib. Ajaj Muhammad. 2003. Usuhul al-Hadits. Jakarta: Gata Media Pratawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMAKASIH