Masa pertumbuhan anak seharusnya diperhatikan secara seksama oleh orang tua, karena proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.Jika perkembangan anak luput dari perhatian orang tua maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada usia anak, yaitu pada masa infancy todlerhood (usia 0-3 tahun), early childhood (usia 3-6 tahun), middle childhood (usia 6-11 tahun). Perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek fisik, emosi, kognitif, dan psikososial.Masa usia sekolah dasar merupakan masa kelanjutan dari masa bayi dan prasekolah anak. Masa ini terjadi dari usia 5 sampai 12 tahun yang ditandai dengan terjadinya perkembangan-perkembangan pada diri anak diantaranya fisik dan juga kognitifnya. Kemudian dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif anak diusia sekolah tepatnya sekolah dasar.
A. Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah dasar
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Oleh karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja, meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
1. Aspek dari pertumbuhan fisik
Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi ( babyfat ) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan ( olah raga ). Karena factor perbedaan jumlah sel-sel otot, maka pada umumnya untuk anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan.
2. Perkembangan motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan,maka pada masa ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat, anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya.
Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik, anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olah raga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dan lain sebagainya.
Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik, anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olah raga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dan lain sebagainya.
Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini antara lain :
a. Anak usia 5 tahun
· Mampu melompat dan menari
· Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan termasuk kaki
· Dapat menghitung jari-jarinya
· Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu bercerita
· Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
· Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
· Mampu membedakan besar dan kecil
b. Anak usia 6 tahun
· koordinasi mata dan tangan
· ketangkasan meningkat
· melompat tali
· bermain sepeda
· mengetahui kanan dan kiri
· mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
· mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c. Anak usia 7 tahun
· tangan anak semakin kuat
· mulai membaca dengan lancar
· cemas terhadap kegagalan
· peningkatan minat pada bidang spiritual
· kadang malu dan sedih
d. Anak usia 8-9 tahun
· kecepatan dan kehalusan aktifitas motorik meningkat
· mampu menggunakan peralatan rumah tangga
· keterampilan lebih individual
· ingin terlibat dalam sesuatu
· menyukai kelompok dan mode
· mencari teman secara aktif
e. Anak usia 10-11 tahun
· perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai nampak
· mampu melakukan aktifitas rumah tangga, seperti mencuci dan lain-lain
· adanya keinginan untuk menyenangkan dan membantu orang lain
· mulai tertarik dengan lawan jenis
B. Perkembangan Kognitif
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, kemampuan kognitifnya urut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas. Dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya piker anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya piker anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu:
a. Negasi (negation)
Yaitu pada masa kongkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b. Hubungan timbal balik (Resiprok)
Yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
c. Identitas
Yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
a. Perkembangan memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan-keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan empat macam strategi memori yang penting, yaitu:
1. Rehalsal (pengulangan)
Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
2. Organization (organisasi)
Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
3. Imagery (perbandingan)
Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
4. Retrieval (pemunculan kembali)
Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakan secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan, dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya.
b. Perkembangan pemikiran kritis
Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber, serta mampu berpikir secara reflektif dan evaluatif.
c. Perkembangan kreativitas
Dalam tahap ini anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d. Perkembangan bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berpikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.
C. Psikososial
Pengertian Psikososial
Psikososial adalah satu kesatuan dari aspek intelektual, emosional dan pembawaan spiritual (Thompson, 1981).
Tingkat kebutuhan psikososial adalah jenjang kebutuhan yang meliputi dimensi psikis atau internal yang terdiri dari perasaan, sikap, pikiran, khayalan, ingatan, pendapat, nilai-nilai dan kesan diri dan juga dimensi sosial, eksternal atau interaksi yang mencakup hubungan dengan lingkungan fisik, keluarga, masyarakat dan keadaan tempat keluarga berada (Nelson, 1990)
Pendekatan kognitif adalah pendekatan dengan mempertimbangkan aspek persepsi, pendapat dan daya ingat yang biasanya merupakan segi-segi intelektual (Nelson, 1990).
Pendekatan afektif adalah pendekatan dengan mempertimbangkan aspek perasaan atau emosi yang dilakukan pada kondisi-kondisi anxietas, depresi, rasa takut, marah, sedih, gembira dan cemburu (Nelson,1990)
Respons Psikososial (CCFNI)
Menurut Journal Of Critical Care Nursing (Edisi Februari 1996) bahwa kebutuhan psikososial tentang Critical Care Family Need Inventory (CCFNI) respons psikososial keluarga dikelompokkan menjadi 5 aspek atau domain yaitu:
1) Informasi
Informasi adalah bahan pengetahuan tentang suatu topic yang akan disampaikan dari seseorang kepada orang lain baik secara individual atau kelompok dengan menggunakan bahasa verbal atau non verbal (Gilles, 1989). Informasi yang dibutuhkan keluarga klien di R. ICU antara lain: 1) Mengetahui perkembangan penyakit (prognosis), 2) Mengetahui mengapa tindakan tertentu dilakukan pada keluarga yang sakit. 3) Mengetahui kondisi sesungguhnya mengenai perkembangan penyakit (prognosa) keluarga yang sakit 4) Mengetahui bagaimana kondisi keluarga yang sakit setelah dilakukan tindakan pengobatan 5) Mendapat informasi tentang keluarga yang sakit paling sedikit sekali sehari 6) Pemberitahuan tentang rencana pindah atau keluar dari R. ICU. 7) Dapat petunjuk untuk apa keluarga klien melakukan sesuatu saat di R. ICU. 8) Dapat penjelasan tentang apa yang akan dijumpai di R. ICU. Sebelum masuk kesana untuk pertama kali.
2) Support adalah suatu bentuk dukungan biopsikososial spritual yang ditujukan pada orang lain baik pada kondisi sehat atau sakit dengan tujuan memberikan rasa tenang Ruang ICU. Memperhatikan keluarga yang sakit. 3) Berkonsultasi tentang kondisi keluarga yang sakit setiap hari dengan dokter yang merawat. 4) Ada pelayanan rohaniawan di R. ICU.
3) Nyaman
Nyaman adalah suatu ungkapan perasaan yang menunjukkan kondisi rileks, tenang, tentram dan terbebas dari gangguan lingkungan baik biopsikososial maupun spiritual (Long B.C, 1996) yaitu : 1) Mengetahui bahwa keluarga yang sakit masih sanggup mendengarkan tanpa harus dibangunkan. 2) Ada pemberitahuan ke rumah bila ada perubahan kondisi secara mendadak pada keluarga yang sakit. 3) Mempunyai kenyamanan dengan perabotan di ruang tunggu. 4) Mempunyai waktu khusus/istimewa saat menjenguk keluarga yang sakit. 5) Punya jam kunjung yang dimulai tepat waktu.
4) Kedekatan
Kedekatan adalah hubungan atau interaksi sosial antar individu atau kelompok yang memiliki hubungan yang berdampak pada rasa kasih dan saying (Nelson, 1990). yaitu: 1) Dapat melihat /menjenguk di R. ICU. secara teratur.2) Bercakap/berkonsultasi dengan perawat yang sama tentang keluarga yang sakit setiap hari.3) Membantu merawat fisik(membersihkan, seka badan, sisir rambut dan lain-lain)4) Membantu memberi dukungan(support) mental pada keluarga yang sakit
5) Jaminan
Jaminan adalah konsistensi dari pemberi jasa pelayanan kepada penerima jasa pelayanan mengenai mutu atau kualitas pelayanan yang berdampak pada lagalitas atau hukum (Gilles, 1989). 1) Merasa ada harapan tentang kesembuhan keluarga yang sakit. 2) Mengetahui bahwa selama tindakan dilakukan pada keluarga yang sakit bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit(agar nyaman). 3) Mempunyai makan yang terbaik dan bermutu untuk keluarga yang sakit. 4) Ada jaminan bahwa perawatan terbaik telah diberikan pada keluarga yang sakit. 5) Perlindungan diri dari sinar dan prosedur.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respons psikososial Keluarga
Tingkat Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Suwarno, 1992). Dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menurut Y. B. Mantra yang dikutip oleh Notoadmojo (1985) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1983).
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan respons psikososial seseorang dengan pendidikan tinggi mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan konstruktif dari pada seseorang yang berpendidikan rendah. (Broewer, 1983).
Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun (Elisabeth B. H., 1995).
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum dewasa. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa (Hudoh, 1998).
Makin tua umur seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.
Hubungan Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga yang saling mempengaruhi satu sama lainnya (Gilles et al, 1989). Menurut File (1985) bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit dapat memberikan perubahan yang maladaptif.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan:
1. Aspek perkembangan fisik meliputi perkembangan fisik juga perkembangan motorik
2. Aspek perkembangan kognitif disebut juga pemikiran
3. Operasional kongkrit (concrete operation althought) yang meliputi:
a. perkembangan memori
b. Perkembangan pemikiran kritis
c. Perkembangan kreativitas
Daftar Pustaka
Samsunuwiyati Mar’at, Samsunuwiyati Prof. Dr. hj. S.psi, Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2005.
www.g-excess.com/id/perkembangan-anak-perkembangan-fisik-motorik-kognitif-psiko
Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. I/No.1/Januari 1997.Analisa Konsep Koping
Journal of Critical Care Nurse (Juni 1994) Waiting And Wanting: Helping Families In Crisis.
Stuart dan Sundreen, (1997). Principles & Practice of Psychiatric Nursing. Masby Year Book Inc, St. Louis
Notoadmojo, S. (1993).Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Noto Atmodjo S, (1988) Pengantar Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Penerbit Andi Yogyakarta.
Long, B. C. (1996). Essential of Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, The CV. Mosby Company, St. Louis, USA.
sosial.html
Samsunuwiyati Mar’at, Samsunuwiyati Prof. Dr. hj. S.psi, Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya 2005.