Headlines News :
Logo Design by FlamingText.com

SA'ATUL AN

TARIKHUL AN

ARCHIVE

Tarjim

POST

Senin, 22 Oktober 2012

TUGAS PERKEMBANGAN PADA ANAK-ANAK AKHIR


Masa pertumbuhan anak seharusnya diperhatikan secara seksama oleh orang tua, karena proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.Jika perkembangan anak luput dari perhatian orang tua maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada usia anak, yaitu pada masa infancy todlerhood (usia 0-3 tahun), early childhood (usia 3-6 tahun), middle childhood (usia 6-11 tahun). Perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek fisik, emosi, kognitif, dan psikososial.Masa usia sekolah dasar merupakan masa kelanjutan dari masa bayi dan prasekolah anak. Masa ini terjadi dari usia 5 sampai 12 tahun yang ditandai dengan terjadinya perkembangan-perkembangan pada diri anak diantaranya fisik dan juga kognitifnya. Kemudian dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif anak diusia sekolah tepatnya sekolah dasar.
A.    Perkembangan Fisik Anak Usia Sekolah dasar
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini pertumbuhan berkembang pesat. Oleh karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai “periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja, meskipun merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
1.      Aspek dari pertumbuhan fisik
Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran system rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. Pada saat yang sama kekuatan otot-otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi ( babyfat ) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah karena faktor keturunan dan latihan ( olah raga ). Karena factor perbedaan jumlah sel-sel otot, maka pada umumnya untuk anak laki-laki lebih kuat dari pada anak perempuan.
2.      Perkembangan motorik
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan,maka pada masa ini perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat, anak juga makin mampu menjaga keseimbangan badannya.
Untuk memperhalus keterampilan-keterampilan motorik, anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olah raga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dan lain sebagainya.
Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini antara lain :
a.      Anak usia 5 tahun
·         Mampu melompat dan menari
·         Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan termasuk kaki
·         Dapat menghitung jari-jarinya
·         Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan mampu bercerita
·         Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
·         Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
·         Mampu membedakan besar dan kecil
b.      Anak usia 6 tahun
·         koordinasi mata dan tangan
·         ketangkasan meningkat
·         melompat tali
·         bermain sepeda
·         mengetahui kanan dan kiri
·         mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
·         mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
c.       Anak usia 7 tahun
·         tangan anak semakin kuat
·         mulai membaca dengan lancar
·         cemas terhadap kegagalan
·         peningkatan minat pada bidang spiritual
·         kadang malu dan sedih
d.      Anak usia 8-9 tahun
·         kecepatan dan kehalusan aktifitas motorik meningkat
·         mampu menggunakan peralatan rumah tangga
·         keterampilan lebih individual
·         ingin terlibat dalam sesuatu
·         menyukai kelompok dan mode
·         mencari teman secara aktif
e.       Anak usia 10-11 tahun
·         perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan dengan pubertas mulai nampak
·         mampu melakukan aktifitas rumah tangga, seperti mencuci dan lain-lain
·         adanya keinginan untuk menyenangkan dan membantu orang lain
·         mulai tertarik dengan lawan jenis

B.     Perkembangan Kognitif
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, kemampuan kognitifnya urut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas. Dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris maka pada masa ini daya piker anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu:

a.      Negasi (negation)
Yaitu pada masa kongkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b.      Hubungan timbal balik (Resiprok)
Yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
c.       Identitas
Yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
a.      Perkembangan memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan-keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan-keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan empat macam strategi memori yang penting, yaitu:
1.      Rehalsal (pengulangan)
Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
2.      Organization (organisasi)
Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
3.      Imagery (perbandingan)
Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
4.      Retrieval (pemunculan kembali)
Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah memori, mereka akan menggunakan secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan, dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya.
b.      Perkembangan pemikiran kritis
Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber, serta mampu berpikir secara reflektif dan evaluatif.
c.       Perkembangan kreativitas
Dalam tahap ini anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
d.      Perkembangan bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berpikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.

C.    Psikososial
Pengertian Psikososial
Psikososial adalah satu kesatuan dari aspek intelektual, emosional dan pembawaan spiritual (Thompson, 1981).
Tingkat kebutuhan psikososial adalah jenjang kebutuhan yang meliputi dimensi psikis atau internal yang terdiri dari perasaan, sikap, pikiran, khayalan, ingatan, pendapat, nilai-nilai dan kesan diri dan juga dimensi sosial, eksternal atau interaksi yang mencakup hubungan dengan lingkungan fisik, keluarga, masyarakat dan keadaan tempat keluarga berada (Nelson, 1990)
Pendekatan kognitif adalah pendekatan dengan mempertimbangkan aspek persepsi, pendapat dan daya ingat yang biasanya merupakan segi-segi intelektual (Nelson, 1990).
Pendekatan afektif adalah pendekatan dengan mempertimbangkan aspek perasaan atau emosi yang dilakukan pada kondisi-kondisi anxietas, depresi, rasa takut, marah, sedih, gembira dan cemburu (Nelson,1990)
Respons  Psikososial (CCFNI)
Menurut Journal Of Critical Care Nursing (Edisi Februari 1996) bahwa kebutuhan psikososial tentang Critical Care Family Need Inventory (CCFNI) respons psikososial  keluarga dikelompokkan menjadi 5 aspek atau domain yaitu:
1)      Informasi
Informasi adalah bahan pengetahuan tentang suatu topic yang akan disampaikan dari seseorang kepada orang lain baik secara individual atau kelompok dengan menggunakan bahasa verbal atau non verbal (Gilles, 1989). Informasi yang dibutuhkan keluarga klien di R. ICU antara lain: 1) Mengetahui perkembangan penyakit (prognosis), 2) Mengetahui mengapa tindakan tertentu dilakukan pada keluarga yang sakit. 3) Mengetahui kondisi sesungguhnya mengenai perkembangan penyakit (prognosa) keluarga yang sakit 4) Mengetahui bagaimana kondisi keluarga yang sakit setelah dilakukan tindakan pengobatan 5) Mendapat informasi tentang keluarga yang sakit paling sedikit sekali sehari 6) Pemberitahuan tentang rencana pindah atau keluar dari R. ICU. 7) Dapat petunjuk untuk apa keluarga klien melakukan sesuatu saat di R. ICU. 8) Dapat penjelasan tentang apa yang akan dijumpai di R. ICU. Sebelum masuk kesana untuk pertama kali.
2)      Support adalah suatu bentuk dukungan biopsikososial spritual yang ditujukan pada orang lain baik pada kondisi sehat atau sakit dengan tujuan memberikan rasa tenang Ruang ICU. Memperhatikan keluarga yang sakit. 3) Berkonsultasi tentang kondisi keluarga yang sakit setiap hari dengan dokter yang merawat. 4) Ada pelayanan rohaniawan di R. ICU.
3)      Nyaman
Nyaman adalah suatu ungkapan perasaan yang menunjukkan kondisi rileks, tenang, tentram dan terbebas dari gangguan lingkungan baik biopsikososial maupun spiritual (Long B.C, 1996) yaitu : 1) Mengetahui bahwa keluarga yang sakit masih sanggup mendengarkan tanpa harus dibangunkan. 2) Ada pemberitahuan ke rumah bila ada perubahan kondisi secara mendadak pada keluarga yang sakit. 3) Mempunyai kenyamanan dengan perabotan di ruang tunggu. 4) Mempunyai waktu khusus/istimewa saat menjenguk keluarga yang sakit. 5) Punya jam kunjung yang dimulai tepat waktu.
4)      Kedekatan
Kedekatan adalah hubungan atau interaksi sosial antar individu atau kelompok yang memiliki hubungan yang berdampak pada rasa kasih dan saying (Nelson, 1990). yaitu: 1) Dapat melihat /menjenguk di R. ICU. secara teratur.2) Bercakap/berkonsultasi dengan perawat yang sama tentang  keluarga yang sakit setiap hari.3) Membantu merawat fisik(membersihkan, seka badan, sisir rambut dan lain-lain)4) Membantu memberi dukungan(support) mental pada keluarga yang sakit
5)      Jaminan
Jaminan adalah konsistensi dari pemberi jasa pelayanan kepada penerima jasa pelayanan mengenai mutu atau kualitas pelayanan yang berdampak pada lagalitas atau hukum (Gilles, 1989). 1) Merasa ada harapan tentang kesembuhan keluarga yang sakit. 2) Mengetahui bahwa selama tindakan dilakukan pada keluarga yang sakit bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit(agar nyaman). 3) Mempunyai makan yang terbaik dan bermutu untuk keluarga yang sakit. 4) Ada jaminan bahwa perawatan terbaik telah diberikan pada keluarga yang sakit.  5) Perlindungan diri dari sinar dan prosedur.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi  Respons psikososial   Keluarga
Tingkat Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Suwarno, 1992). Dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Menurut Y. B. Mantra yang dikutip oleh Notoadmojo (1985) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1983).
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan respons psikososial seseorang dengan pendidikan tinggi mampu mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan konstruktif dari pada seseorang yang berpendidikan rendah. (Broewer, 1983).
Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun (Elisabeth B. H., 1995).
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum dewasa. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa (Hudoh, 1998).
Makin tua umur seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.
Hubungan Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga yang saling mempengaruhi satu sama lainnya (Gilles et al, 1989). Menurut File (1985) bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit dapat memberikan perubahan yang maladaptif.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan:
1. Aspek perkembangan fisik meliputi perkembangan fisik juga perkembangan motorik
2. Aspek perkembangan kognitif disebut juga pemikiran
3. Operasional kongkrit (concrete operation althought) yang meliputi:
a. perkembangan memori
b. Perkembangan pemikiran kritis
c. Perkembangan kreativitas
Daftar Pustaka
Samsunuwiyati Mar’at, Samsunuwiyati Prof. Dr. hj. S.psi, Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2005.
www.g-excess.com/id/perkembangan-anak-perkembangan-fisik-motorik-kognitif-psiko
Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. I/No.1/Januari 1997.Analisa Konsep Koping
Journal of Critical Care Nurse (Juni 1994) Waiting And Wanting: Helping Families In Crisis.
Stuart dan Sundreen, (1997). Principles & Practice of Psychiatric Nursing. Masby Year Book Inc, St. Louis
Notoadmojo, S. (1993).Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Noto Atmodjo S, (1988) Pengantar Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Penerbit Andi Yogyakarta.
Long, B. C. (1996). Essential of Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, The CV. Mosby Company, St. Louis, USA.
sosial.html
Samsunuwiyati Mar’at, Samsunuwiyati Prof. Dr. hj. S.psi, Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya 2005.
Lanjuuut..

Sabtu, 28 April 2012

Pendidikan Anak dalam Islam




 A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia ini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya.
Dengan terbitnya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) keberadaan pendidikan usia dini diakui secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana pendidikan anak usia diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Dalam penjabaran pengertian, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hamba-Nya. Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam. Allah SWT berfirman:
 tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYƒÏŠ 4
“Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)

Salah satu tujuan diturunkannya agama Islam adalah memperbaiki akhlak manusia. Akhlak hanya dapat diperbaiki dengan proses pendidikan, baik formal maupun informal. Betapa pentingnya pendidikan sehingga ayat yang pertama diturunkan adalah perintah Allah kepada manusia untuk membaca, membaca semua fenomena yang terjadi di alam dunia ini. Konsep membaca hanya dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Adapun tujuan pendidikan menurut Islam adalah agar seseorang dapat memahami tentang kekuasaan Allah SWT (tersirat dan tersirat) dengan segala peraturan-peraturan Allah SWT serta mampu menempatkan posisinya sebagainya hamba Allah SWT.
Mengkaji makna pendidikan anak menurut Islam dengan seluruh aspeknya merupakan kewajiban setiap muslim, mempelajari berbagai hal, baik Ilmu Aqidah, Syariah maupun Muamalah merupakan rangkuman pokok-pokok ajaran agama Islam. Karena itu, penulis akan menggali khasanah ilmu pendidikan dalam pandangan Islam, baik pengertian, tujuan ataupun ruang lingkup pendidikan menurut ajaran Islam.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan dipelajari dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.      Apakah materi pokok pendidikan anak dan Islam?
2.      Bagaimana dasar-dasar memahami al-Quran dan al-Hadits?
3.      Apa peran orang tua dalam pendidikan anaknya?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah yang bertema tentang “Pendidikan Anak dalam Islam ini, adalah:
1.      Untuk mengetahui materi-materi pokok Islam dalam pendidikan anak.
2.      Untuk mengkaji pemahaman tentang al-Quran dan al-Hadits.
3.      Untuk mengkaji perang penting orang tua dalam pendidikan anak.

D.    Manfaat
1.      Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian makalah ini adalah untuk memberikan konsep pemahaman dalam pendidikan Islam baik dalam pendidikan anak maupun pendidikan diri dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2.      Manfaat Praktis
Manfaat praktis makalah ini adalah supaya pendidik benar-benar mengetahui dan memahami hakekat pendidikan dalam Islam.
BAB II
POKOK-POKOK PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM

A.    Materi Pokok Pendidikan Islam
1.      Mengenal Allah
Dalam al-Quran, Tuhan dihadirkan dengan nama Allah di samping juga nama-nama lain. Nama Allah itu sendiri sering dinamakan ism al-jalalah atau ism al-jam,  yaitu nama yang mencakup atau mewadahi semua nama-nama Tuhan yang lain.
Kata Allah sendiri sudah dikenal jauh sebelum Islam datang di Arab. Namun nama Allah dalam pengertian orang Pra-Islam, berbeda dengan Allah SWT dalam Islam. Menurut Winner, Allah bagi orang Arab Pra-Islam dikenal sebagai Dewa yang mengairi bumi, sehingga menyuburkan pertanian dan tumbuh-tumbuhan serta ternak. Sedangkan Allah SWT dalam Islam dikenal sebagai Tuhan Yang Maha Esa, tempat berlindung segala yang ada, tidak beranak dan tidak diperanakkan, juga tidak ada satupun yang menyerupainya.
2.      Cara Mengenal Allah
Untuk mengenal Allah dalam arti mengenal terhadap hakikatnya adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi, karena manusia tidak memiliki kesanggupan untuk melakukannya, tetapi pengenalan tersebut dapat dilakukan dengan cara tersendiri, begitu dengan menggunakan potensi keamanan yang ada dalam diri manusia yang diberikan Tuhan dengan cara yang khas.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa cara mengenal Allah SWT dapat dilakukan dengan menggunakan fitrah insting beragama yang ada dalam setiap diri manusia. Di sana tertampung berbagai emosi manusia seperti rasa takut, harap, cemas, cinta, kesetiaan, pengangguran, penyucian, dan berbagai macam lainnya yang menghiasi jiwa manusia.
Tanpa mendefinisikannya, kita dapat berkata bahwa ia adalah dorongan dari lubuk hati yang terdalam untuk melakukan hubungan dengan sesuatu kekuatan yang diyakini Maha Agung. Manusia merasa bahwa Yang Maha Kuasa itu adalah andalannya. Masa depannya berkaitan erat dengan kekuatan itu serta kemaslahatannya tercapai melalui hubungan baik dengan-Nya.

B.     Dasar-Dasar Memahami Al-Quran dan Hadits
1.      Al-Quran dan Hadits merupakan dasar utama ajaran Islam, karena dari kedua dasar tersebut dapat dikembangkan berbagai disiplin studi Islam. Selain itu, al-Quran dapat al-Sunnah merupakan pedoman hidup umat Islam yang dapat menjamin keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
2.      Secara harfiah al-Quran berarti bacaan atau yang dibaca. Pengertian ini sejalan dengan maksud diturunkannya al-Quran agar dibaca, untuk dipahami dan diamalkan kandungannya.
Sedangkan terminologi al-Quran, sebagaimana dikemukakan Abdul Wahab Khalaf dalam kitabnya Ilmu Ushul al-Fikh, adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah melalui Ruhul Amin (Jibril as) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya.
Al-Quran itu terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan surat         al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas, serta disampaikan secara mutawatir. (1972: 23).
3.      Adapun hadits secara harfiah berarti baru, kabar, atau berita. Sedangkan dalam pengertian yang lazim digunakan, hadits sama dengan al-Sunnah yaitu segala sesuatu yang didapat dari Nabi Muhammad SAW baik berupa ucapan, perbuatan, maupun ketetapan.
4.      Al-Quran dan Hadits dilihat dari segi sisinya berkaitan dengan dua masalah besar yakni masalah dunia dan masalah akhirat. Masalah dunia termasuk bidang ekonomi, sosial keluar, ilmu pengetahuan dan teknologi, politik dan lain sebagainya. Sedangkan masalah akhirat termasuk pahala, dosa, ganjaran dan siksaan, serta berbagai masalah kehidupan di akhirat lainnya.


C.    Tanggung Jawab Pendidikan Islam
1.      Membuka kehidupan anak dengan kalimat Laa Ilaaha Illallaah.
Agar kalimat tauhid dan syiar masuk Islam itu menjadi yang pertama masuk ke dalam pendengaran anak. Kalimat pertama yang diucapkan oleh lisannya dan lafal pertama yang dipahami anak. Jelas, bahwa upaya ini mempunyai pengaruh terhadap penanaman dasar-dasar akidah, tauhid, dan iman bagi anak.
2.      Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak sejak dini
Semenjak usia dini anak harus diajarkan untuk taat kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada-Nya, sehingga ketika anak akan membukakan matanya dan tumbuh besar, ia telah  mengenal perintah-perintah Allah, maka anak akan bersegera untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
3.      Menyuruh anak untuk beribadah ketika telah memasuki usia tujuh tahun
Agar anak dapat mempelajari hukum-hukum ibadah ini sejak masa pertumbuhannya, sehingga ketika anak tumbuh besar, ia telah terbiasa melakukan dan terdidik untuk menaati Allah, melaksanakan hak-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan berserah diri kepada-Nya. Di samping itu, anak akan mendapatkan kesucian rohani, kesehatan jasmani, kebaikan akhlak, perkataan, dan perbuatan di dalam ibadah-ibadah ini.
4.      Mendidik anak untuk mencintai Rasul, keluarganya, dan membaca         Al-Quran.
Berbicara tentang cinta kepada Nabi, perlu diajarkan pula kepada mereka peperangan Rasulullah SAW, perjalanan hidup para sahabat, kepribadian para pemimpin yang agung dan berbagai peperangan besar lainnya di dalam sejarah. Agar anak-anak mampu meneladani perjalanan hidup orang-orang terdahulu, baik mengenai gerakan, kepahlawanan, maupun jihad mereka, agar mereka juga memiliki keterkaitan sejarah, baik perasaan, maupun kejayaannya, dan juga agar mereka terikat dengan Al-Quran baik semangat, metode, maupun bacaannya.

D.    Peran Penting Ayah Bagi Pertumbuhan Anak
Saling bekerjasama, saling melengkapi, dan saling memahami antara kedua orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak adalah dasar dan pondasi bagi kesuksesan dalam mendidik anak. Sebagaimana seorang anak biasanya membutuhkan rasa cinta, kasih sayang, pengasuhan, dan keinginan untuk dekat dengan sang Ibu, dia pun membutuhkan perasaan dan perhatian yang sama dari Ayahnya. Adapun sosok ayah di mata seorang anak, meski ayahnya telah menunjukkan rasa cinta kepadanya, adalah sosok yang tegas, berdisiplin, sayang meski keras, atau keras meski sayang, dan suka memberikan hukuman dan teguran. Karena itu, jika sikap lembut (kasih sayang) seorang ibu dan kedisiplinan Ayah membuahkan hasil, maka pendidikan yang diterima oleh seorang anak pun akan berimbang. Sang anak akan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Anak yang masih kecil dan belum sekolah biasanya menghabiskan waktunya di dalam rumah, khususnya bersama ibunya, sedangkan seorang ayah menghabiskan sebagian besar waktunya di luar rumah. Hal inilah yang membuat anak lebih sedikit mendapat pengaruh dari Ayahnya. Oleh karena itu, seorang Ayah diharuskan untuk menambah perhatian dan interaksinya dengan anak, agar hak anak tergantikan.
Selain itu juga, ada kesibukan-kesibukan tertentu yang menyibukkan ibu atau mencegahnya untuk dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada anak, seperti karena sakit atau sibuk melakukan pekerjaan yang sangat penting, sehingga dia tidak dapat menunaikan kewajibannya terhadap anak. Pada kondisi seperti ini sebaiknya Ayah menyibukkan dirinya bersama anak atau mengajaknya pergi keluar rumah jika memang memungkinkan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan Islam sebagaimana halnya pendidikan lainnya senantiasa diwarnai oleh berbagai permasalahan yang tiada habis-habisnya. Hal ini selain disebabkan karena adanya perubahan orientasi dan tuntutan kehidupan umat manusia yang harus dilayani dan direspon oleh pendidikan Islam, juga karena adanya perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut kerja dunia pendidikan yang harus meningkat dari hari ke hari.
Iman kepada Allah SWT merupakan dasar perbaikan dan pendidikan bagi anak-anak. Dari beberapa pernyataan para ahli pendidikan dan moral kenamaan dunia, dapat disimpulkan, bahwa ada pertalian yang erat antara iman dengan moral, dan akidah dengan perbuatan. Mengenai pengaruh iman di dalam meluruskan anak, mendidik moral dan meluruskan penyimpangannya itu, berdasarkan dari dalil nakli yaitu al-Quran dan al-Hadits juga.


DAFTAR PUSTAKA

Husain, Muhammad. 2001. Agar Jiwa Anak Tetap Bersih. Bandung: Irsyad Baitus Salam

Nata, Abuddin. 2007. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana

Ulwan, Abdullah. 2007, Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani
Lanjuuut..

ILMU KALAM DALAM KONTEKS AL-QURAN DAN AL-HADITS


A.    Latar Belakang dan Dasar Ilmu Kalam
1.      Pengertian Ilmu Kalam
Secara normatif Ilmu Kalam merupakan ilmu yang membicarakan tentang wujud Allah, sifat-sifat yang harus ada pada Allah, juga sifat-sifat yang tidak ada pada Allah serta sifat-sifat yang mungkin ada pada Allah, tidak hanya itu, Ilmu Kalam juga merupakan ilmu yang membicarakan tentang Rasul-Rasul Tuhan, sebagai sarana untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada pada diri Rasul. Sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada Rasul dan yang mungkin ada pada Rasul.
Ilmu Kalam dapat disebut dengan Ilmu Aqaid atau Ilmu Ushuluddin dan Ilmu Tauhid. Ilmu  Aqaid di sini merupakan study yang membahas pokok-pokok agama, sedangkan disebut Ilmu Tauhid karena ilmu ini membahas tentang keesaan Allah SWT, asma’ (nama-nama) dan af’al (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustahil maupun jaiz serta yang wajib, mustahil maupun jaiz bagi Rasul-Nya.
Lanjuuut..

Pemberdayaan Tanaman Cabe Rawit


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Cabe rawit merupakan salah satu yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari, masyarakat mempunyai rasa pedas dari cabe ini, bahkan banyak pula yang menjadikan cabe rawit sebagai salah satu pembangkit selera makan.
Selain itu, cabe juga menjadi obat reumatik, sesak nafas, dan bubuk cabe yang sudah dijadikan bubuk bisa digunakan sebagai penenang. Hal tersebut mendorong seseorang atau kelompok bisnis untuk mengelola budidaya cabe rawit untuk kelangsungan hidup dan perkembangan kebutuhan manusia sekarang dan masa yang akan datang. Dengan begitu sumber daya alam dapat terjaga dan terpelihara menjadi mutu dan minat sumber daya manusia. Dengan pertimbangan tersebut, menanam cabe rawit tidak ada ragunya bahkan keuntungan yang menggiurkan dapat diraih. Namun keuntungan itu dapat diperoleh bila menanamnya secara benar.
Lanjuuut..

Pengaruh Pendidikan Islam terhadap Tingkah laku Remaja


A.    Latar Belakang Masalah
Kita sebagai umat Islam yang beragama sangatlah penting untuk memperhatikan tingkah laku (budi pekerti). Terutama bagi agama Islam, tingkah laku atau budi pekerti itu merupakan inti ajaran-ajaran agama Islam mulai dari nenek moyang kita sampai sekarang. Dalam sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق (الحديث)

Artinya    :  “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulya”.[1]

Kita mengetahui bahwa masyarakat kita mengharapkan kepada remaja itu untuk menjadi pengganti generasi yang lebih tua. Maka pendidikan agama sangat berpengaruh terhadap tingkah laku remaja. Dan remaja perlu diberikan pendidikan baik forma maupun non formal. Sebab dalam istilah pendidikan mempunyai sasaran untuk menuju keberhasilan pelajar-pelajar yang bertingkah laku mulya baik kepada keluarga, guru maupun masyarakat. Akan tetapi pendidikan agama itu jangan bersifat transmisi dimana remaja itu hanya mendengarkan saja tetapi harus menciptakan suatu lingkungan dimana remaja itu dapat mempraktekkan teori yang sudah diajarkan sebelumnya.[2]
Lanjuuut..

Kamis, 26 April 2012

Tafsir SQ Al Baqarah 143 -145


A. Latar belakang
Al Qur’an diturunkan kepada Rasulullah SAW melalui perantara malaikat jibril untuk menjadi petunjuk bagi umat-umat mukmin di seluruh pelosok bumi ini. Sebelum datangnya Rasulullah SAW manusia sekiranya berada dalam keterpurukan akhlak dan aqidah. Mereka benyak menyembah berhala dan menjadi manusia yang serakah akan kehidupan dunia, dimana terdapat berbagai kaum yang berusaha menghancurkan islam. Terutama penindasan atas kaum muslimin yang tidak mempunyai apa-apa selain kekuatan iman yang ada pada diri mereka.
Dengan kejadian itu semua maka Allah SWT mengangkat seorang nabi yang selanjutnya Nabi Muhammad akhirnya diangkat menjadi seorang Rasul yang akan mengangkat akhlak dan moral para kaum muslim.

Lanjuuut..

Sabtu, 17 Maret 2012

Perkenbangan Ilmu Tasawwuf

MASA KHULAFA ROSYIDIN Al-Kindi (m. abad kesepuluh) merujuk pada kemunculan suatu komunitas kecil di Alexandria, Mesir, pada abad kesembilan yang menyeru manusia kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran. Mereka disebut sufi. Menurut Muruj adz-Dzahab karya al-Mas'udi, kaum sufi mula-mula muncul di zaman Khalifah Abbasiah, al-Ma'mun. Menurut Abul Qasim Qusyairi, kaum sufi muncul di abad kesembilan, sekitar dua ratus tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Lantas timbul pertanyaan, mengapa perlu waktu bertahun-tahun untuk sungguh-sungguh tertarik dengan ilmu kebatinan? Sekilas melongok ke sejarah masa awal Islam mungkin dapat memberikan keterangan tentang masalah ini. Mari kita tengok tanah Arab pada awal abad ke tujuh. Yang kita dapati adalah sebuah masyarakat dari berbagai suku yang terpecah belah yang selama berabad- abad telah terlibat dalam tradisi peperangan, penyembahan berhala dan nilai-nilai kesukuan lainnya. Walaupun orang Arab masa itu melakukan perdagangan di luar Tanah Arab, namun pengaruh budaya lain pada mereka sangat sedikit. Empiriurn Bizantiurn dan penjarahan Nebuchadnezar ke Arabia sebenarnya hanya berdampak sedikit pada mereka. Maka kita dapati suatu kaum yang telah menjalani cara hidup mengembara selama berabad-abad dengan sedikit perubahan. Mendadak, suatu "cahaya kenabian" yang menakjubkan terwujud di hadapan mereka. Cahaya ini mulai dengan jelas mengenali dan menghancurkan berbagai kekejaman dan ketidakadilan dalam masyarakat mereka. Orang menakjubkan yang membawa cahaya baru pengetahuan ini ialah Nabi Muhammad saw. Selama 23 tahun, Nabi Muhammad saw menyanyikan kebenaran abadi bahwa manusia dilahirkan ke dunia ini untuk mempelajari jalan-jalan penciptaan seraya melakukan perjalanan kembali ke asalnya, Pencipta Yang Esa. Karena, meskipun hakikatnya manusia itu bebas, ia diikat dan dibatasi oleh hukum-hukum lahiriah yang mengatur kehidupan. Muhammad menyerukan kebenaran abadi yang telah diserukan oleh ribuan utusan Ilahi sebelurnnya. Beliau menyerukannya dalam bahasa yang digunakan pada zaman itu di negerinya, suatu bahasa yang merupakan prestasi budaya pa1ing tinggi dan suatu rahmat bagi kaum tersebut. Orang Arab tidak mempunyai warisan artistik selain bahasanya. Nabi menjelaskan kebenaran abadi itu kepada kaum yang telah tenggelam dalam gelapnya kejahilan yang kejam selama berabad-abad. Setelah usaha bertahun-tahun, beliau berhasil menghimpun segelintir pendukung, yang kebanyakan pernah dianiaya dan terpaksa melarikan diri ke Etiopia untuk mencari perlindungan pada penguasa Kristen yang baik bernama Negus. Setelah hijrah dari Mekah ke Madinah pada tahun 632, Nabi Muhammad saw membangun sebuah komunitas baru yang terdiri dari orang-orang dari berbagai bagian Tanah Arab, namun kebanyakan dari Mekah dan Madinah. Kiblat komunitas ini dalam menyembah Allah adalah Ka'bah, sebuah bangunan berbentuk kubus terbuat dari batu yang semula didirikan oleh Nabi Ibrahim as di Mekah, tetapi kiblat perilaku sehari-harinya adalah Nabi yang diberkati itu sendiri. Mereka mengikuti beliau, ajarannya dan keterangan beliau mengenai perintah-perintah Al-Qur'an yang diwahyukan kepadanya, yang secara batin berkiblat kepada Penciptanya. Mereka menyembah Allah dan mengikuti Nabi yang hidup dengan cinta dan pengetahuan tentang Allah (makrifat). Dalam sepuluh tahun terakhir kehidupan Nabi, dan terutama selama tiga tahun terakhir, berbagai peristiwa mulai berlangsung dengan cepat. Selama periode ini, ribuan orang Badui yang cenderung pergi ke tempat berlangsungnya kekuasaan dan kemenangan, melihat Islam semakin mendominasi tanah mereka, maka mereka semua masuk Islam dalam jumlah ribuan. Ketika Nabi Muhammad saw wafat, komunitas Muslim yang baru muncul itu mengalami goncangan hebat. Akibatnya, berlangsunglah pemilihan yang terburu-buru dan tegang atas Abu Bakar sebagai pemimpin pertama komunitas tersebut. Nabi Muhammad saw telah menyatakan dalam banyak kesempatan, kepada siapa kaum Muslim harus merujuk tentang berbagai hal mengenai jalan Islam sepeninggal beliau. Seperti seorang dokter yang bertanggung jawab, ketika hendak cuti atau pensiun, memberitahu para pasiennya kepada siapa mereka harus merujuk bila ia tidak ada. Seorang dokter lebih mengetahui kondisi pasiennya ketimbang yang lain. Sangat wajar bagi seorang pemimpin rohani seperti Nabi Muhammad saw untuk menunjuk siapa yang paling pantas mengurusi umat setelah wafatnya, sesuai dengan hukum Ilahi yang telah diwahyukan kepada beliau. Namun timbul ketidaksepakatan mengenai apakah Nabi telah menunjuk Imam 'Ali secara khusus sebagai pengganti beliau, ataukah beliau hanya sekedar menyebutkannya sebagai yang terbesar di antara umat dalam pengetahuan dan kebajikan. Akibatnya, sebelum Nabi dimakamkan, orang Arab mulai melobi untuk mendapatkan kekuasaan. Kaum Anshar (penduduk Madinah) ingin memilih salah seorang di antara mereka sendiri sebagai pemimpinnya. Pada saat-saat terakhir, dua dari sahabat terdekat Nabi, Abu Bakar dan 'Umar, berhasil menyatukan diri dan dengan dukungan 'Umar, Abu Bakar terpilih sebagai pemimpin umat, sebagai orang yang dihormati karena berusia lebih tua dan diakui sebagai sahabat Nabi yang tulus. Kepemimpinan Abu Bakar berlangsung selama dua tahun, suatu periode yang penuh dengan perselisihan internal. Jiwa orang Arab tak suka ditundukkan dengan cara apa pun, karena mental meieka bersemangat bebas. Metode penundukkan yang lazim ialah menetapkan kewajiban membayar uang pajak kepada orang lain. Pembayaran zakat, yang dipaksakan Abu Bakar kepada orang-orang yang menolak menunaikannya, ditafsirkan oleh sebagian orang sebagai bentuk penundukan yang tidak mau mereka ikuti. Jadi sebagian besar suku yang baru saja memasuki gerakan Islam tiba-tiba mendapatkan bahwa mereka harus membayar penuh, dan benar-benar menyerahkan, sesuatu, bukannya mendapatkan keuntungan dari barang rampasan. Inilah penyebab perpecahan dalam komunitas Islam yang sedang berkembang dengan pesat tersebut. Selain itu, ada pula pendusta-pendusta yang mengaku sebagai nabi. Jadi, masa kepemimpinan Abu Bakar sebagian besar digunakan untuk menekan gejolak internal. Setelah wafatnya Abu Bakar di tahun 634, 'Umar yang telah ditunjuk oleh Abu Bakar sebagai wakilnya menjadi pemimpin umat Islam berikutnya. Dalam masa sepuluh tahun kepemimpinannya tetjadi ekspansi besar Islam. Mesir, Persia dan Empirium Bizantium ditaklukkan, termasuk Yerusalem, yang kuncinya malah diberikan secara pribadi oleh orang Kristen kepada 'Umar. 'Umar merupakan teladan kesederhanaan dan hidupnya sangat sederhana. Ia dibunuh oleh seorang budak Persia selagi salat di mesjid tahun 644. Pemimpin berikutnya, 'Utsman, diangkat oleh sekelompok orang yang telah ditunjuk oleh 'Umar untuk memilih penggantinya, ia berasal dari klan Bani Umayyah, yang sebagian anggotanya adalah musuh utama Nabi Muhammad saw. Banyak orang Bani Umayyah memeluk Islam hanya setelah penaklukan Mekah oleh Nabi dan pengikutnya, ketika mereka merasa tak ada pilihan lain selain masuk Islam. Mereka menerima Islam dengan enggan, dan kebanyakan terus hidup menurut kebiasaannya di masa jahiliah. 'Utsman sendiri tidak banyak mempedulikan urusan duniawi, tetapi mengizinkan banyak anggota klannya untuk hidup semau mereka. Ia menempatkan banyak anggota klan Umayyah pada posisi kunci pemerintahan di wilayah-wilayah yang baru dikuasi kaum Muslim, sehingga ada orang-orang yang menuduhnya melakukan nepotisme. Dalam enam tahun pertama pemerintahannya, ekspansi wilayah oleh kaum Muslim berlanjut terus, begitu juga konsolidasi daerah-daerah yang telah ditaklukkan. Namun, ternyata aksi tersebut lebih merupakan awal dari suatu pemutaran kembali ke pemerintahan orang-orang serakah, ketimbang suatu kelanjutan dari pemerintahan orang-orang berpengetahuan spiritual dan saleh. Dalam masa pemerintahan 'Utsman, yang berlangsung selama dua belas tahun, banyak kaum muslim yang benar-benar kembali ke cara hidup jahilia, takhayaul dan kesukuan. Rampasan perang dari Empirium Persia, Bizantium, dan Mesir mengalir ke Mekah dan Madinah, akibatnya terjadilah era kemerosotan akhlak dan kebusukan dalam kemewahan. Rumah besar dan istana-istana mulai dibangun pada masa ini. Arsitek pada masa itu adalah Abu Lu'lu, budak Persia yang telah membunuh 'Umar karena membebankan pajak yang besar kepadanya. Di masa 'Umar, rumah biasanya berdiri di atas sebidang kecil tanah, terdiri atas dua atau tiga kamar. Di satu sisi kamar terdapat halaman, di tengah-tengahnya sumur, dan di bagian sudut terdapat wadah gabah. Rumah dibangun satu lantai. Namun, di masa 'Utsman, banyak istana dibangun, dan orang mulai saling berlomba membangun gedung-gedung megah. Setelah terbunuhnya 'Utsman di tahun 656, yang tetjadi ketika ia sedang membaca Al-Qur' an, Imam 'Ali dipilih oleh rakyat sebagai pemimpin umat Islam berikutnya. Pemerintahannya berlangsung selama hampir enam tahun dan penuh dengan perselisihan internal serta peperangan. Pada waktu itu banyak orang mengaku dirinya Muslim tetapi sama sekali tidak mengetahui atau meresapi jalan hidup Islam. Kita melihat kaum Muslim bersumpah demi Al-Qur'an tetapi bertingkah tidak sesuai dengan maknanya. Di tahun 656 terjadi sumpah palsu secara masal yang pertama. Nabi telah memperingatkan istri beliau 'Aisyah bahwa pada suatu hari ia akan berperang di pihak yang salah, dan oleh karena itu akan mengalami kesedihan yang paling buruk, di suatu tempat bernama Hawab, dan bahwa anjing-anjing Hawab akan menyalakannya. Beberapa tahun kemudian, ketika sedang melewati Hawab dalam perjalanannya ke Perang Jamal melawan Imam 'Ali, ia mendengar salakan anjing dan teringat akan peringatan Nabi, la bertanya apa nama tempat itu dan dikatakan kepadanya bahwa tempat itu benama Hawab. Tetapi, sebagian di antara para sahabatnya membawa dua puluh orang saksi yang mengaku Muslim untuk bersumpah palsu dengan Al-Qur'an bahwa nama tempat itu bukan Hawab. Kembali, dalam Perang Shiffin tahun 657, terjadi lagi insiden sumpah palsu dengan Al-Qur'an. Setelah syahidnya Imam 'Ali, di mana ia ditikam secara mematikan ketika sedang sujud dalam salat, maka putranya, Imam Hasan, memiliki posisi yang wajar dan pantas untuk menjadi pemimpin kaum Muslim berikutnya. Namun, Mu'awiyah, gubernur Bani Umayah di Suriah yang sedang berjuang merebut kedudukan sebagai penguasa bagi dirinya sendiri dan klannya, mulai menghasut rakyat melawan Imam Hasan. Imam Hasan mempunyai laskar besar yang siap membantunya. Tapi ia juga mengetahui segala kelemahan orang-orangnya dan tidak menghendaki perpecahan di dalam laskarya. Selain itu, ia menyadari kecerdikan dan kecurangan Mu'awiyah, la tak ingin melihat darah kaum Muslim tertumpah sia-sia. Maka ia menerima gencatan senjata yang ditawarkan Mu'awiyah dengan konsekuensi melepaskan semua klaim atas kepemimpinan kaum Muslim tanpa melepaskan kedudukan spiritualnya yang agung. Sebagaimana Imam' Ali, yang tidak suka hanya diam berpangku tangan ketika tidak dipilih sebagai khalifah pertama, tetapi berusaha semampunya meluruskan apa yang salah di tahun-tahun pemerintahan para pendahulunya, maka Imam Hasan tak punya pilihan lain selain menerima kenyataan bahwa walaupun dialah yang terbaik di masa itu, namun ia tak dapat memimpin kaum Muslim. Penerimaannya untuk gencatan senjata bukanlah suatu perbuatan melepaskan kedudukan spiritualnya yang sesungguhnya, tapi merupakan petunjuk ke arah itu. Karena tak mungkin mewujudkan kebesaran batinnya ke dalam kenegarawanan lahiriah tanpa menyebabkan kaum Muslim saling membunuh, satu-satunva alternatif adalah menerima persyaratan gencatan senjata, yang juga menetapkan bahwa sesudah dia maka saudaranya Imam Husain akan menjadi khalifah kaum Muslim. Namun, Mu'awiyah dengan sangat cerdik melanggar semua ketentuan gencatan senjata setelah terbunuhnya Imam Hasan tahun 661, dan mengangkat anaknya Yazid yang berakhlak buruk menjadi penggantinya. Karena itu Imam Husain pun berontak melawan Mu'awiyah dan Yazid. B. JALAN TASAWUF Menurut jalan kaum sufi, orang yang telah mencapai keadaan sadar lahir batin, dan yang telah berhasil mencapai suatu titik keseimbangan dan sentralitas, dapat menolong orang lain dan menggambarkan kepada mereka keadaan kemajuannya. Karena itu kita dapati bahwa sepanjang zaman kaum sufi tetap saling berdekatan. Para syekh sufi menyertai muridnya dalam semua tahap kemajuan. Kita harus membedakan antara istilah "keadaan" (hal) dan "kedudukan" (maqam). Yakni perbedaan antara bagaimana dan di mana. Keadaan (hal) berarti sesuatu yang dapat diraba atau dirasakan. Kadang-kadang orang dapat merasakan keadaan rohani yang sangat murah hati atau peningkatan kesadaran yang hebat. Namun keadaan ini mungkin tidak langgeng. Yang sesungguhnya diinginkan oleh si pencari (salik) ialah mencapai suatu kedudukan (maqam) yang hanya dapat terjadi bila didirikan sebagaimana mestinya dan kokoh. Kedudukan tidak bersifat sementara dan selalu dapat diandalkan dan diingat. Kebanyakan penempuh jalan Allah (salik) akan merasakan keadaan-keadaan yang berbeda dengan berbagai macam tingkat kelanggengan yang tidak permanen, yang tidak memuaskan dan tak cukup. Karena itulah maka pertolongan diperlukan untuk menjamin agar seorang pencari menjadi tetap dalam kedudukan (maqam) yang diinginkan. Maka mendampingi dan berhubungan dengan orang-orang yang berada pada jalan itu adalah suatu faktor penting dalam kemajuan seorang pencari. Alasan penting lain untuk mendapatkan pendampingan yang tepat ialah bahwa kita selalu merupakan produk dari saat yang terakhir, dan karena saat itu dilahirkan dari saat sebelumnya, dan begitu seterusnya, ada suatu kesinambungan. Seseorang yang berdiri sendiri tak dapat menyadari seberapa jauh ia telah menyimpang dari jalan pengetahuan-diri atau penyadaran-diri. Dengan demikian, seorang pencari memerlukan teman untuk menggambarkan kepadanya, seperti cermin, tentang keadaan atau kedudukannya Sebagaimana dalam kasus ilmu fisika atau ilmu alam, di mana tak pelak lagi kita akan cenderung mengikuti seseorang yang mempunyai pengalaman dan kualifikasi yang lebih banyak dalam ilmu-ilmu tersebut, maka prinsip ini pun berlaku pada ilmu tentang diri (nafs). Pada tingkat fisik, kita secara konstan berusaha ke arah keselarasan dan tindakan yang benar, dan kita mengikuti orang yang ahli dalam bidang ini. Demikian pula bagi keselarasan batin, orang yang paling memenuhi syarat adalah syekh spriritual sufi yang sejati. Namun, ada suatu perbedaan antara ilmu lahir dan ilmu batin. Dalam ilmu lahir, segala cacat dan kekurangsempurnaan dapat dideteksi dengan mudah. Tidak demikian halnya dengan ilmu batin, misalnya, dimana seseorang dapat tersenyum padahal sebenarnya ia sangat resah. Pengetahuan tentang ilmu batin memerlukan spesialisasi yang lebih dalam. Yang diperlukan adalah obat "hati", yang tidak mudah diperoleh atau diberikan, sedang penyembuhan fisik dapat ditentukan, dianalisis dan logis, sehingga lebih mudah dicapai. Adapun terhadap pertanyaan apakah yang terbaik itu hanya mengikuti satu guru rohani saja, ataukah banyak. Diantara orang-orang besar yang telah saya baca riwayatnya dan pernah saya temui, sebagian telah mengikuti banyak syekh sufi. Namun pada hakikatnya penempuh sejati jalan pencerahan hanya melihat satu syekh sufi. Para syekh sufi itu mungkin berbeda dalam bentuk dan ciri lahiriahnya, tetapi hakikat batinnya adalah satu dan sama. Seorang syekh sufi mungkin sangat tua dan sangat pendiam, syekh lainnya mungkin masih muda dan dinamis. Yang satu mungkin telah berperan-aktif secara politik, sedang yang lainnya tidak demikian. Seseorang mungkin produktif secara ekonomi dan bekerja di pertanian. Yang lainnya menjadi ilmuwan. Yang satu mungkin sangat akrab bermasyarakat sedang yang lainnya menjauhi masyarakat dan lebih menyendiri, dan sebagainya. Penampilan lahiriah dan kecenderungan mereka, seperti sidik jari, berbeda-beda, tetapi seorang pencari yang tulus tidak memusingkan yang lahiriah. Seorang pencari yang mentaati batas-batas yang ditetapkan oleh syari'at sangat memperhatikan perkembangan batin. Hakikat batin berhubungan dengan esensi dan sumber. Bilamana hakikat batin mendatangi sumber, maka terjadilah kesatuan. Bilamana orang bergerak menjauhi sumber cahaya, maka ia membeda-bedakan dan melihat berbagai bayangan-bayangan yang berbeda dan sama serta profil yang berbeda-beda. Makin dekat orang meridatangi sumber cahaya, makin sedikit ia melihat perbedaan, sampai ia silau dan tenggelam serta terliputi oleh cahaya itu sendiri. Dengan kata lain, apabila seseorang telah mengambil seorang guru sufi sejati secara benar maka pada hakikatnya ia telah mengambil semua guru sufi. Adalah keliru mengira bahwa orang dapat membuang satu guru sufi lalu pergi kepada guru lainnya, kecuali apabila yang pertama tidak becus atau penipu. Ketika si pencari berkembang dan bergerak maju, ia dapat melihat dirinya diawasi oleh guru rohaninya dan para guru rohani yang ditemuinya karena rasa hormat guru rohaninya sendiri. Pencari yang cerdas akan selalu hidup dan berperilaku seakan-akan semua syekh sufi yang telah ditemui sedang mengawasinya, sedang benar-benar ada bersama dia dan menjadi pembimbing, pemberi peringatan, dan sahabatnya. Lantas timbul pertanyaan besar, bagaimana cara si pencari mendapatkan syekh sufi yang sejati? Atau, bagaimana dapat meyakini kualitas syekh tersebut? Para pengikut tradisi esoterik dan kebatinan percaya bahwa rahmat Allah menembus dan meliputi setiap situasi dan segala sesuatu. Guru yang tepat muncul pada saat yang tepat apabila seseorang mempunyai kesungguhan hati dan akhlak yang benar. Akhlak yang benar itu adalah kesabaran dan pengenalan terhadap kebutuhan. Dan dengan rahmat Allah inilah datang jawaban yang tepat pada waktu yang tepat bagi si pencari. Seorang guru spiritual sejati harus mempunyai kualitas-kualitas dasar yang layak, sebagaimana seorang dokter harus memenuhi persyaratan dasar yang primer sebelum ia melakukan praktik kedokteran. Sebagai permulaan, seorang pemandu spiritual, yakni syekh sufi, harus mengetahui segala aspek lahiriah dari jalan Islam yang asli dan jalan hidup Islam. Ia harus sepenuhnya mengenal pengetahuan dan amalan Islam. Ia harus menerapkan apa yang ada dalam Al-Qur'an dan sunnah Nabi. Apabila ia tidak mengamalkan hukum-hukum lahiriah, bagaimana mungkin ia mempraktikkan aspek-aspek batin dari jalan hidup ini, apalagi menganjurkan orang lain untuk mengamalkannya? Maka guru spiritual yang sejati harus menghayati sendiri dengan sepenuhnya peraturan-peraturan lahir dan batin dalam Islam. Syarat lain bagi seorang syekh sufi sebagai guru sejati adalah bahwa ia harus telah mencapai pencerahan yang sesungguhnya dengan mencapai pengetahuan yang sempurna tentang diri. Syekh harus mengetahui cakrawala diri (nafs) yang luar biasa luasnya. Barangsiapa mengenal dirinya, sesungguhnya ia mengenal Tuhannya. Seorang syekh sufi sejati juga harus sudah mendapat izin secara ikrar untuk pergi dan membimbing orang lain pada jalan pengetahuan-diri, oleh seorang guru yang telah mencapai pencerahan dan berpengalaman serta telah diizinkan untuk mengajar, dan seterusnya, sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Karena, ada orang-orang yang tetap mentaati batas lahiriah syariat Islam, ada yang telah mencapai pengetahuan-diri, ada pula yang telah mencapai makrifat dan pengetahuan tentang diri, namun mereka tak mampu membimbing orang lain. Sebagaimana tidak cukup bagi seorang dokter hanya dengan sekedar mengkaji dan lulus ujian, serta mengamati dan menjadi asisten dokter lain, sebelum ia dapat membuka praktik sendiri. Ia juga harus diberi izin atau lisensi untuk praktik dokter oleh seorang dokter berkualifikasi yang puas dengan kemampuannya untuk berpraktik. Syarat lainnya ialah bahwa harus ada seorang pencari yang menerima pengetahuan dari syekh sufi, sebagaimana harus ada pasien sebelum dokter dapat mempraktikkan kedokterannya. Akhirnya, sebagaimana tak ada gunanya bagi seorang dokter untuk mengurus orang sakit apabila si pasien tidak mampu atau tidak mau menerima obat atas penyakitnya, maka tak ada gunanya syekh sufi apabila si pencari tidak sungguh-sungguh mengikutinya. Sekarang kita sampai pada hubungan antara pencari dan guru. Sejauh mana orang sakit mengambil maslahat dari dokter tergantung pada sejauh mana kepercayaannya terhadap obat yang diresepkan dan kerajinannya mengikuti resep itu. Prinsip yang sama, hanya diperbesar, berlaku pada ilmu pengetahuan-diri dan tasawuf. Akhirnya, yang penting adalah ketajaman dan kehalusan pemahaman antara si syekh sufi dan si murid. Jarak hubungan mereka yang hakiki akan menentukan kecepatan si pencari dalam mengambil dan menyerap warna dan pengertian si guru. Guru itu bagaikan sebuah garputala, dan apabila si murid membiarkan dirinya secara total bergetar dalam gaungnya, yakni sepenuhnya mengikuti gurunya, maka ia akan segera menyanyikan lagu yang sama dengan guru spiritualnya. Ini tidak terjadi dengan serta-merta, tapi dapat berkembang dan berevolusi dengan menanyakan, menguji dan menyesuaikan, sampai si pencari mempercayai gurunya sepenuhnya. Akan datang suatu waktu ketika komitmen total harus dibuat. Si pencari akan memasuki suatu perjanjian yang disebut inisiasi (pelantikan). Upacara inisiasi telah menjadi suatu peristiwa penting di kalangan banyak tarekat sufi. Banyak sufi semu telah menirunya dan telah membumbuinya lebih jauh serta menempelkan nilai-nilai mistik kepadanya. Satu contoh ialah praktik-praktik rahasia kaum Freemason. Dalam kelompok ini, bila seorang anggota mencapai level tertentu di dalam "tarekat" itu, ia dikubur hidup-hidup untuk sementara dalam sebuah peti mati, yang secara simbolis menyiratkan pengalaman pribadi tentang kematian, sementara masih berada dalam kehidupan dunia ini. Setelah beberapa saat ia dikeluarkan dari peti mati dan "dikembalikan" kepada kehidupan ini. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Matilah sebelum kamu mati," yang artinya melakukan pelepasan dan kebebasan sebelum terjadi peristiwa pelepasan dari jasad Anda. Fondasi inisiasi adalah suatu ikatan atau perjanjian yang mempersatukan guru dan murid. Perjanjian tersebut tidak tertulis dan karena itu mengambil bentuk baiat (sumpah setia). Si pencari setuju untuk mentaati si guru, dan si guru setuju untuk mengurus kemajuan si murid serta membimbingnya. Kebalikan dari inisiasi, yakni pengusiran, kadang-kadang juga terjadi ketika si guru dan murid mencapai suatu keadaan di mana ikatan antara keduanya menjadi tak berlaku dan hubungan itu mati. Ada kalanya pencari meninggalkan gurunya dan menyoroti segala yang nampak tidak menyenangkan pada si guru. Kemarahan si pencari menyebabkan ia melihat semua aspek negatif dari hubungan itu, dan menurut penglihatannya sia-sialah segala pengorbanan yang telah dilakukannya. Bagi si guru, si pencari yang minggat dengan kemarahan itu adalah seorang korban baru dari nafsu yang rendah dalam diri manusia. Derajat kecanggihan dan kompleksnya peraturan inisiasi nampaknya banyak tergantung pada kecenderungan syekh sendiri, dan pada lingkungannya. Beberapa syekh tertarik pada upacara-upacara, pada hierarki, dan pada pemberian nama-nama kepada orang sesuai dengan kedudukan (maqam) dan kapasitasnya, seperti, misalnya, para syekh Sanusi di Libya yang secara spiritual, sosial, politik, dan ekonomi memimpin dan menguasai jaringan desa dan kota yang sangat luas selama hampir satu abad. Di sisi lain. beberapa syekh tidak menggunakan bentuk formal atau seremonial dalam inisiasi, entah karena watak dari kedudukan mereka dalam masyarakat atau karena mereka tidak memandangnya perlu. Jadi, lingkungan sosio-kultural dan pembawaan para syekh itu sendiri merupakan dua faktor utama yang menentukan derajat formalitas dalam setiap tarekat sufi. Tujuan terakhir dari syekh sufi ialah membantu muridnya untuk menemukan kebenaran dalam diri dan untuk dicerahi tentang hakikat. Agar terpenuhi setiap waktu, pentinglah menemukan sebab-sebab ketidakbahagiaan. Sebab hakiki dari semua ketidakpuasan berakar pada pelanggaran batas-batas, pembangkangan, pengharapan, hasrat, ketakutan, kecemasan dan aspek-aspek lain seperti kurangnya pemahaman tentang alam hakikat. Dari sisi pandang kaum sufi, amal ibadah dasar yang ditetapkan oleh syari'at, seperti shalat, puasa di bulan Ramadlan, zakat, naik haji ke Makkah, dan seterusnya, walaupun wajib, tidaklah cukup bagi kebanyakan manusia yang sakit dalam rumah sakit besar bernama dunia ini. Dunia adalah rumah sakit Tuhan, dan para rasul, nabi, serta para wali atau syekh sufi adalah dokter jiwanya. Karena ada berbagai jenis penyakit, maka bangsal rumah sakit pun berbeda-beda. Ada klinik di mana pasien tidak tinggal lama ada kamar di mana pasien tinggal beberapa minggu atau bulan; dan ada kamar bedah di mana dokter, atau syekh sufi, terus sibuk "mengoperasi" pasien-pasiennya. Kita dapati pula "obat-obat" diresepkan sesuai dengan keperluan khusus si pasien, dengan mempertimbangkan lingkungan seluruhnya dan semua keadaan sekitar. Fungsi terakhir dari seorang guru sufi ialah memindahkan si pencari secara berangsur-angsur, sesuai dengan kecepatan langkahnya, sampai ke tingkat di mana ia mampu membaca "kitab" yang ada di dalam "hati"-nya. Apabila si pencari mempelajari seni ini dan menjadi kuat serta bertindak sesuai kehendak, maka jelaslah ia sedang maju dan berkembang. Tujuan si syekh ialah melepaskan dan menyampaikan kepada orang lain apa yang telah dicapainya sendiri. Proses ini, sebagaimana dinyatakan sebelumnya, dapat ditingkatkan apabila lingkungan maupun pendampingannya tepat, dan bilamana si murid berniat untuk belajar dan berkemauan untuk bertindak, dan bertindak dengan semestinya. Guru tidak bisa berbuat banyak bila si pencari atau murid tidak ingin maju. Si penempuh jalan (salik) bisa menyerah pada suatu tahap perjalanan (suluk), sekalipun tinggal selangkah lagi. Namun, kadang-kadang, sekalipun si murid ingin maju, tidak ada jaminan bahwa tujuannya akan terpenuhi sesuai dengan harapan. Syekh al-Faituri (m. 1979) berkata sebagai berikut tentang dilema guru dalam salah satu syairnya: Betapapun besar si guru berusaha. Betapapun besar si murid menghendaki. Betapapun khusyuknya dia (beribadat) siang dan malam, Akhirnya pencerahan adalah anugerah Allah. Tugas guru ialah membimbing si pencari sepanjang jalan yang sudah ditertibkan sampai ke titik di mana ia mampu duduk dalam kejagaan mutlak tanpa menjaga sesuatu. Ini puncak terakhir yang murni dan sederhana dari kondisi meditasi (khalwat). Sejak itu seterusnya, hanya Allah yang dapat menolong dia. Jadi, si pencari harus melengkapi sendiri setengah lingkaran, tetapi setengah lingkaran lagi tidak berada dalam kekuasaannya. Anda naik setinggi Anda dapat memanjat, lalu berserah diri! Menurut pengalaman para sufi, tingkat kemajuan sepanjang perjalanan spiritual (suluk) tidak menurut garis lurus. Menurut studi mekanistis, seperti mempelajari bahasa, kemajuan itu berjalan agak lurus. Makin banyak waktu yang Anda curahkan untuk mempraktikkan bahasa, makin cakap Anda dalam berbahasa, karena hal itu dapat diprogram sehingga dapat diukur, dan oleh karena itu lebih mudah diperoleh. Di sisi lain, ilmu kebatinan, dapat diukur tetapi sukar. Apabila seseorang sanggup melenyapkan sama sekali segala keterikatan sekarang ini juga, maka kebangunan akan segera tercapai. Apabila tidak demikian, ia harus melewati tumpukan disiplin, peringatan yang terus-menerus, dan penderitaan yang tak henti-henti untuk dapat sampai pada kesadaran yang sempurna. Kemajuan spiritual tidak diukur seperti mengukur usaha-usaha lain. Orang mungkin menghabiskan waktu bertahun-tahun tanpa nampak terjadi sesuatu, dan kemudian tiba-tiba saja dalam dua hari segala sesuatu terjadi. Orang mungkin menghabiskan waktu bertahun-tahun mentaati gurunya, dan merasa bahwa tak terjadi banyak kemajuan, padahal dalam kenyataannya mungkin amat banyak "karat" spiritual telah disingkirkan selama waktu itu. Seperti menyingkirkan karat setebal beberapa inci, dan masih belum dapat melihat dasar logam di bawahnya, padahal logam itu mungkin sebenarnya hanya tinggal satu milimeter karat lagi. Kita tak mampu mengukur kemajuan spiritual secara lahiriah, karena ia berdasar pada kesucian "hati" dan kemauan untuk menanggalkan keterikatan. Itu tergantung pada derajat ketundukan si pencari kepada nabi. Mula-mula ia tunduk dengan menggunakan penalaran dan akalnya, dan dengan mempelajari seluruh hubungan sebab-akibat. Kemudian, kemajuan spiritual mengambil momentumnya sendiri. Sesudah itu, ketundukan yang sederhana membawanya kepada ketundukan yang lebih manis dan lebih spontan tanpa mengandung keraguan. Sebelum keadaan ini tercapai, tak banyak yang dapat terjadi. Jadi, waktu yang diperlukan untuk terjadinya pembukaan-pembukaan tertentu tidak dapat diukur semudah itu. Hubungan yang patut antara pencari dan guru spiritual diperlukan agar dapat dicapai kemajuan yang berkelanjutan. Murid terdekat Syekh Sufi Imam Junaid bernama Syibli. Imam Junaid (m. 910) sangat mencintainya. Pernah, dalam suatu pertemuan, salah seorang anggotanya mulai mengagumi dan memuji Syibli di hadapannya dan banyak orang lain. Imam Junaid menyela lalu mulai menceritakan segala kesalahan dan kekurangan Syibli. Syibli merasa malu dan diam-diam mengundurkan diri dari pertemuan itu. Ketika ia telah pergi, Imam Junaid berkata, "Saya melindunginya dengan perisai penghinaan dari panah berbisa pujian yang berlebihan." Karena, Imam Junaid tahu bahwa Syibli hampir mencapai suatu maqam spiritual, dan apabila pujian-pujian itu tidak dipotong, mungkin akan melambungkan egonya dan menciptakan rintangan. Rintangan terbesar terhadap kebangunan batin ialah menghargai diri sendiri. Seluruh jalan hidup sufi berkisar pada menghilangkan keterikatan, dan keterikatan yang terbesar dan terburuk kebetulan adalah ilmu pengetahuan. Ada anekdot tentang Imam Abu Hamid al-Ghazzali (m. 1111) sehubungan dengan ini. Ketika Imam Ghazzali meninggalkan Baghdad untuk mencari syekh sufi, ia telah memperoleh semua pengetahuan lahiriah dari ilmu-ilmu Islam, tetapi batinnya yang terdalam belum terbangun. Ia membawa dua ekor keledai yang dimuati buku. Di tengah jalan ia dihentikan oleh seorang perampok yang hendak mengambil buku-bukunya. Imam Ghazzali menawarkan apa pun kepada perampok itu kecuali buku, tetapi si perampok hanya menghendaki buku, lalu mengambilnya. Tujuh atau delapan tahun kemudian, ketika Imam Ghazzali telah memenuhi pencarian sufinya, seseorang datang ke hadapannya di Makkah. Rupanya ia Nabi Khidr, yang memberitahukan kepada Imam Ghazzali bahwa jika bukan karena perampokan buku-bukunya, maka ia akan tetap mejadi budak buku-buku itu dan tidak akan menemukan "Buku" pengetahuan sesungguhnya yang berada di dalam hati setiap orang. Imam 'Ali berkata dalam hal ini, "Anda adalah 'Buku' [asli] yang terang." Buku diperlukan pada awalnya sebagai alat bantu untuk penemuan batin, tetapi bila seseorang menjadi lebih kuat dengan pengetahuan batin, ia kurang memerlukan bantuan dari luar. Buku adalah seperti kursi dorong yang diperlukan seorang anak hanya pada awal kehidupannya. Namun sayangnya, banyak orang yang disebut ulama mempertahankan kursi dorongnya sepanjang sisa hidupnya. Di sisi lain, banyak sufi semu cenderung untuk membuang bukan saja buku tetapi juga bacaan hafalan sebagai barang yang sama sekali tidak diperlukan. Sikap meremehkan ini tak lain adalah bentuk pengangkatan diri, yang merupakan pemutarbalikan dan penyimpangan dari jalan spiritual yang sesungguhnya. Kitab-kitab dan bacaan merupakan alat bantu yang penting untuk membantu kebangunan batin, yang tak dapat diandalkan sepenuhnya dan tak boleh diabaikan sama sekali. Pencari pengetahuan dan gnosis (makrifat) harus mengikuti jalan di bawah bimbingan seorang guru, sampai datang suatu saat di mana ia harus dibiarkan sendiri. Guru itu ibarat tongkat yang tidak perlu digunakan lagi setelah si pencari dapat berjalan sendiri. Saat itu tiba bila si murid tidak lagi memerlukan guru jasmaniah karena kini ia telah terisi langsung ke dalam sumber kekuatan sejati. Apabila seseorang mengatakan bahwa ia memerlukan guru lahiriah sepanjang hidupnya, maka ia telah salah membatasi ukuran sebenarnya dari potensi manusia dan kerahiman Ilahi. Apabila seseorang mengatakan bahwa ia sama sekali tidak memerlukan seorang guru maka ia sombong (takabbur) dan angkuh dan akan hidup di bawah kezaliman nafsu yang rendah. Namun, bagi setiap aturan ada kekecualian. Kekecualian tersebut dalam kasus orang yang tidak memerlukan guru lahiriah, atau yang tidak kelihatan memiliki guru jasmaniah yang nyata, untuk mengarahkan dan membimbingya. Dalam tradisi sufi, orang semacam itu disebut uwaisi. Istilah ini berasal dari nama seorang lelaki, Uwais al-Qarani, yang tinggal di Yaman di masa Nabi Muhammad SAW. Walaupun ia belum pernah bertemu secara fisik dengan Nabi, namun ia telah melihat beliau dalam mimpi-mimpinya, kabarnya Nabi SAW menyebutkan wali besar ini dengan mengatakan, "Nafas Yang Maha Pengasih datang kepada saya dari Yaman." Ketika orang mengetahui tentang tingkat spiritualnya, Uwais berusaha menyembunyikan diri di balik kehidupan biasa seorang gembala unta dan kambing, dan khalwat menjadi jalan hidupnya. Ketika ia ditanyai tentang hal ini, ia berkata, "Mendoakan manusia dalam ketidakhadiran orang yang didoakan adalah lebih baik daripada mengunjunginya, karena aspek-aspek ego mereka, seperti pakaian atau citra diri, dapat mengalihkan perhatian saya." Ia juga biasa mengatakan, "Menyuruh orang berbuat baik tidak menyampaikan saya pada seorang sahabat," dan "Saya memohon kepada setiap orang yang lapar untuk memaafkan saya, karena saya tak mempunyai apa-apa dalam dunia ini selain apa yang ada dalam perut saya." Bagi kaum sufi yang belakangan, Uwais menjadi prototipe orang sufi yang bersemangat yang tidak memihakkan dirinya kepada suatu tarekat sufi. Para sufi semacam itu menerima inisiasi atau cahaya mereka langsung dari cahaya (nur) Nabi, tanpa kehadiran secara fisik atau bimbingan dari seseorang guru spiritual yang hidup. Segelintir sufi semu yang tidak mengikuti, dan tidak ingin mengikuti, seorang guru spiritual sejati untuk membimbingnya pada jalan spiritual, memanfaatkan situasi itu dan dengan tidak benar menamakan dirinya Uwaisi. Ini adalah salah satu taktik dan penipuan dari nafsu rendah yang tidak ingin diurus atau tunduk kepada Allah. Uwaisi sejati yang sebenarnya adalah langka. Orang yang sungguh-sungguh tertarik pada tasawuf mengikuti suatu jalan perbaikan-diri, kesadaran-diri, dan kebangunan-diri, dengan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh syekh sufi. ( Arsip Pustaka Islam) C. MARIFATULLAH Secara umum, Ma'rifatullah artinya Mengenal Allah. Dan kata-kata ma'rifat itu sendiri dalam bahasa arab mengandung makna ihathah yang artinya mengetahui secara penuh, maka makrifatullah dapat diartikan dengan mengenal atau mengetahui identitas zat Allah secara keseluruhan. Namun bila diartikan dengan sekedar mengenal eksistensi Allah maka siapapun dari kita pasti mampu mengetahui bahkan meyakini keberadaan-Nya, baik melalui berbagai kajian dan penelitian. Lalu bagaimana bila mengenal/mengetahui identitas Zat Allah dengan sempurna? Inilah yang mustahil! Walau melalui suluk dan banyak berdzikir dalam tarekat. Karena Rasulullah Saw. saja tidak mampu memuji Allah karena tidak mampu mengenal/mengetahui-Nya, sebab mampu memuji adalah tanda telah mengetahui. Beliau bersabda: " لا أحصي ثناء عليك أنت كما أثنيت على نفسك" Jika Rasulullah Saw. yang menjadi makhluk termulia dan teragung di sisi Allah tidak mampu memuji Allah ... Apakah kita yang sehina dan sekotor ini mengaku-ngaku telah Ma'rifatullah? DAFTAR PUSTAKA  Ibnu Khaldun, al-Mukaddimah, al-Jail, Beirut t.t.  Abu al-Wafaal-Taftazani, Madkhal al-Tasaawuf al-Isl al-Tsaq fah li al-Nasyr wa al-Tauz  Renold Nicholson, F??® al-Tasawwuf al-Islami wa Tarikhuhu.  Ali Syami al-Nassar, al- r al-Falsaf Fi al-Islm, al-Maarif, Kairo.  R.A. Nicholson, al-Shfiyah fi al-Islm, Alih Bahasa Nuruddun Syuraibah, Maktabah al-Khanji, Kairo, 2002.  Abu al-Wafaal-Taftazani.  Abu alAla Afifi, al-Tashawwuf al-Tsaurah al-Rhiyah fi al-Islmi,  http://www.darussholah.com  http://www.darussholah.com/?pilih=news&aksi=lihat&id=131
Lanjuuut..
 
Support : Creating Website | Fais | Tbi.Jmb
Copyright © 2011. Moh. Faishol Amir Tbi - All Rights Reserved
by Creating Website Published by Faishol AM
Proudly powered by Blogger