Hadits secara bahasa berarti baru, berita, kabar. Sedangkan secara
istilah, Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad, baik yang berupa perkataan, perbuatan, taqrir (pengakuan,
ketetapan), ataupun sifat. Sunnah secara bahasa adalah jalan,
kebiasaan, perilaku. Sedangkan secara istilah menurut jumhur ulama sama
dengan Hadits Ada ulama yang menerangkan bahwa Sunnah itu untuk
perbuatan dan taqrir, sedangkan Hadits untuk ucapan. Akan tetapi ulama
sudah banyak melupakan makna asal bahasa dan memakai istilah yang
sudah lazim digunakan, yaitu bahwa Hadits sama dengan Sunnah Khabar
secara bahasa berarti berita, kabar. Bentuk jamaknya adalah akhbar.
Khabar adalah segala sesuatu yang datang dari Rasulullah ataupun yang
lainnya, yaitu shahabat beliau, tabi’in, tabi’ tabi’in, atau generasi
setelahnya Atsar adalah segala yang datang dari shahabat, tabi’in, atau
generasi setelah mereka

Kamis, 07 Maret 2013
Sejarah Singkat Ulum al-Qur’an
Ulum al-Qur’an sudah ada sejak masa turunnya al-Qur’an walaupun belum berbentuk tulisan.
Kemudian pada awal abad ke-3, bermunculan para ulama yang menulis cabang-cabang ulumul Qur’an, di antaranya: Muhammad Ibnu Mustamir (206 H) karyanya Ilmu Tasyabuh al- Qur’an, Abu Ubaidah al-Mutsanna (209 H) karyanya Ilmu Majaz al- Qur’an, Abu Ubaid bin Salam (224 H) karyanya Ilmu Nasikh wa al- Mansukh, Ali bin al-Madini (234 H) karyanya Ilmu Asbab al-Nuzul dan Imam Syafi’ie (204 H) karyanya Ahkam al-Qur’an.
Istilah ulum al-Qur’an dalam arti keseluruhan baru muncul setelah muncu1nya kitab yang berjudul al-Hawi fi Ulum al-Qur’an (Yang Terkandung dalam Ilmu al-Qur’an) karya Muhammad bin Kha1af bin Murzaban (w.309 H). Kemudian al-Burhan fi Ulum al- Qur’an karya Ali bin Ibrahim bin Sa’id, yang terkenal dengan nama al-Hufi (wafat 430 H). Kitab ini terdiri dari 30 jilid
Ulum al-Qur’an dan Perkembangannya
Secara bahasa, ‘ulum bentuk jamak dari ‘ilm yang berarti ilmu atau pengetahuan. Ulum al-Qur’an adalah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan al-Qur’an, baik deri segi asbab al-nuzul, pengetahuan Makkiyah dan Madaniyah, nasikh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih ataupun pembahasan lain yang berhubungan dengan al-Qur’an.
Sejarah Singkat Perkembangan Ulum al-Qur’an
Ulum al-Qur’an sudah ada sejak masa turunnya al-Qur’an walaupun belum berbentuk tulisan.
Kemudian pada awal abad ke-3, bermunculan para ulama yang menulis cabang-cabang ulumul Qur’an, di antaranya: Muhammad Ibnu Mustamir (206 H) karyanya Ilmu Tasyabuh al- Qur’an, Abu Ubaidah al-Mutsanna (209 H) karyanya Ilmu Majaz al- Qur’an, Abu Ubaid bin Salam (224 H) karyanya Ilmu Nasikh wa al- Mansukh, Ali bin al-Madini (234 H) karyanya Ilmu Asbab al-Nuzul dan Imam Syafi’ie (204 H) karyanya Ahkam al-Qur’an.
Istilah ulum al-Qur’an dalam arti keseluruhan baru muncul setelah muncu1nya kitab yang berjudul al-Hawi fi Ulum al-Qur’an (Yang Terkandung dalam Ilmu al-Qur’an) karya Muhammad bin Kha1af bin Murzaban (w.309 H). Kemudian al-Burhan fi Ulum al- Qur’an karya Ali bin Ibrahim bin Sa’id, yang terkenal dengan nama al-Hufi (wafat 430 H). Kitab ini terdiri dari 30 jilid.
Cabang-cabang Ulum al-Qur’an
Dalam ulum al-Qur’an terdapat banyak cabang ilmu yang menjadi kajian, di antaranya adalah:
· Ilmu Asbab al-Nuzul.
· Ilmu al-Makkiyah wa al-Madaniyah.
· Ilmu al-Qira’at.
· Ilmu al-Munasabat.
· Ilmu al-Nasikh wa al-Mansukh.
· Ilmu Rasm al-Qur’an.
· Ilmu al-Muhkam wa al-Mutasyabih.
· Ilmu Aqsam al-Qur’an.
· Dan lain-lainnya.
Tujuan Ulum al-Qur’an
Tujuan mempelajari ulum al-Qur’an adalah:
a. Untuk mengetahui hal-ihwal al-Qur’an sejak diturunkannya pertama kali pada Rasulullah sampai sekarang.
b.Untuk dijadikan sebagai alat bantu dalam membaca al- Qur’an, menghayati, memahami isi kandungannya, menggali hukum-hukum ajarannya serta mengambil hikmah dan rahasia di dalamnya.
c.Untuk dijadikan senjata guna melawan orang-orang yang mengingkari dan menentang al-Quran