Headlines News :
Logo Design by FlamingText.com

SA'ATUL AN

TARIKHUL AN

ARCHIVE

Tarjim

POST

Sabtu, 23 Maret 2013

Pendidikan Islam dan Perkembangannya

 Pelaksanaan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa Indonesia. Dalam praktiknya, masyarakat ikut terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa inin, tidak hanya dari segi materi dan moril, namun telah pula ikut serta memberikan sumbangsih yang signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam hal ini dengan munculnya berbagai lembaga atau perguruan swasta yang merupakan bentuk dari penyelenggaraan pendidikan masyarakat. Perguruan atau lembaga swasta itu dapat berbentuk jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, sebagaimana disebutkan undang-undang no.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Termasuk di dalam jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah pondok pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga tradisional yang merupakan lembaga pendidikan keagamaan Islam, yang dihuni para santri yang menimba ilmu. Perkembanan masyarakat banyak yang menghendaki adanya pembinaan peserta didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat secara luas, serta meningkatkan kesadaran terhadap[ lingkungannya. Asas pembinaan seperti inilah yang ditawarkan oleh pondok pesantren sebagai lembaga agama Islam tertua di Indonesia.
Lanjuuut..

Pemikiran Ketuhanan dalam Ajaran Filsafat


Perlu kita ketahui bahwa sebelum munculnya filsafat Yunani Kuno, sudah ada aliran-aliran filsafat Timur lama yang muncul beberapa ribu tahun sebelum masehi dan terus berlanjut hingga pertengahan abad ketujuh sebelum masehi. Masa filsafat Timur kuno tersebut merupakan masa munculnya nurani manusia dan pemikiran moral serta hikmah keagamaan dalam peradaban-peradaban kuno seperti di Mesir, Babilonia, Asyiria, Persia, India, dan Cina. Di antara ahli hikmah terkemuka pada masa itu adalah Budha (563-483 SM), Konfosius (551-479 SM), dan Zoroaster (628-551 SM). Kemudian baru muncul periode filsafat Yunani Kuno, mulai dari pertengahan abad ketujuh sebelum masehi sampai tahun 400 M.
A. Sebagian Tokoh Filsafat
1. Filsafat Pythagoras
Tokohnya adalah Pythagoras (w. 497 M). Dia menyatakan bahwa roh ketuhanan adalah kekuatan pemikiran untuk mengetahui hakikat yang tetap, dan roh adalah tuha-tuhan sedangkan tubuh berada dalam kungkungannya. Dia juga menyatakan bahwa teori Bilangan akan mengantarkan pada kesimpulan bahwa matahari, bulan, dan berbagai planet lainnya adalah tuhan-tuhan. Sedangkan segala panas yang muncul darinya adalah sebab kehidupan. Manusia dapat mendekati tuhan karena juga punya panas, oleh karena itu mereka dipelihara oleh tuhan. Dengan demikian, alam dapat berjalan sesuai dengan kodratnya.
2. Filsafat Heraclitus
Tokohnya adalah Heraclitus (w. 470 SM). Dia menyatakan bahwa perubahan adalah hukum umum untuk semua yang ada, sedangkan bila tidak ada perubahan, maka tidak akan ada apapun. Perubahan itu berjalan sesuai dengan teori umum yang disebut Logos, yang berarti substansi dan akal tuhan (catatan: dalam pemikiran agama Kristen, Logos berarti Yesus anak Maryam atau Kalimat Allah atau Tuhan yang berinkarnasi menjadi manusia).
3. Periode Socrates
Periode ini terdiri dari 4 periode aliran filsafat
a) Periode Aliran Shopism
Tokoh utamanya adalah Protagoras (480-410 SM) dan Gorgias (480-375 SM). Filsafat ini menganut ajaran meragukan segala sesuatu (skepticism) yang tidak mengakui adanya salah dan benar dalam hidup ini, karena segala sesuatu yang menurut seseorang adalah benar, bisa jadi salah menurut orang lain. Ajaran ini banyak mendapat kritikan oleh Socrates, Xenophone, dan Plato karena tidak adanya standar nilai dalam ajaran ini. Protagoras sebdiri dituduh sebagai ateis karena ia berkata, “Saya tidak mampu mengetahui apakah tuhan itu ada atau tidak, karena banyak hal yang menghalangi saya dengan pengetahuan masalah ini yang diantaranya adalah tidak jelasnya suatu masalah dan pendeknya umur”. Dia dijatuhi hukuman mati karena pendapatnya ini, namun dapat melarikan diri dan akhirnya mati tenggelam dalam pelariannya.
b) Periode Filsafat Socrates
c) Periode Filsafat Plato
d) Periode Filsafat Aristoteles

B. Cabang-cabang Filsafat
Filsafat merupakan bidang studi sedemikian luasnya sehingga diperlukan pembagian yang lebih kecil lagi. Dalam pembagian tersebut tidak ada tata cara pembagian, sehingga terdapat perbedaan, seperti:
Filsafat dapat dikelompokkan menjadi empat bidang induk sebagai berikut:
1. Filsafat tentang pengetahuan, terdiri dari:
a. Espistemologi,
b. Logika,
c. Kritik ilmu-ilmu.
2. Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, terdiri dari:
a. Metafisika umum (ontologi),
b. Metafisika khusus, terdiri dari:
1) Teologi metafisik
2) Antropologi
3) Kosmologi
3. Filsafat tentang tindakan, terdiri dari:
a. Etika
b. Estetika
4. Sejarah Filsafat
Pembagian filsafat secara sistematis yang didasarkan pada sistem tematika yang berlaku di dalam kurikulum akademis:
1. Metafisika (teori tentang hal yang ada);
2. Epistemologi (teori pengetahuan);
3. Metodologi (teori tentang metode);
4. Logika (teori tentang penyimpulan);
5. Etika (filsafat tentang pertimbangan moral);
6. Estetika (filsafat tentang keindahan);
7. Sejarah filsafat.
Pembagian filsafat berdasar pada struktur pengetahuan filsafat yang berkembang sekarang ini, terbagi menjadi tiga bidang, yaitu filsafat sistematis, filsafat khusus, dan filsafat keilmuan.
1. Filsafat Sistematis, terdiri:
a. Metafisika;
b. Epistemology;
c. Metodologi;
d. Logika;
e. Etika;
f. Estetika.
2. Filsafat Khusus, terdiri:
a. Filsafat seni,
b. Filsafat kebudayaan,
c. Filsafat pendidikan,
d. Filsafat sejarah,
e. Filsafat bahasa,
f. Filsafat hukum,
g. Filsafat budi,
h. Filsafat politik,
i. Filsafat agama,
j. Filsafat kehidupan sosial,
k. Filsafat nilai.
3. Filsafat Keilmuan
a. Filsafat Matematika,
b. Filsafat ilmu-ilmu Fisik,
c. Filsafat Biologi,
d. Filsafat Linguistik
e. Filsafat Psikologi,
f. Filsafat ilmu-ilmu Sosial.
Penyusunan menurut struktur secara menyeluruh dalam bidang filsafat ini oleh The Liang Gie diharapkan akan membantu dalam rangka menyusun kurikulum dan pengajaran filsafat di pendidikan tinggi Indonesia, agar dalam studi filsafat para lulusannya memiliki pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling tidak kita harus mempelajari lima bidang pokok, yaitu Metafisika, Epistemologi, Logika, Etika dan Sejarah Filsafat.
1. Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian dari persoalan filsafat yang:
a. Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal;
b. Membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan (beyond nature);
c. Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar, yang berada di luar pengalaman manusia (immediate experience);
d. Berupaya menyajikan suatu pandangan yang komprehensif tentang segala sesuatu;
e. Membicarakan persoalan-persoalan seperti: hubungan akal dengan benda, hakikat perubahan, pengertian tentang kemerdekaan, wujud tuhan, kehidupan setelah mati dan lainnya.
Metafisika ini suatu cabang yang paling sulit dipahami, terutama bagi pemula belajar filsafat. Pada umumnya filosof kontemporer yang orientasinya pada pengetahuan ilmiah, terhadap metafisika lebih skeptis.
2. Epistemology
Epistemology lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara umum membicarakan mengenai sumber-sumber, karakteristik, dan kebenaran pengetahuan. Persoalan epistemology (teori pengetahuan) berkaitan erat dengan persoalan metafisika. Bedanya, persoalan epistemology berpusat pada apakah yang ada, yang di dalamnya memuat:
- Problem asal pengetahuan (origin);
- Apakah sumber-sumber pengetahuan;
- Dari mana pengetahuan yang benar, dan bagaimana kita dapat mengetahui;
- Problem penampilan (appearance);
- Apakah yang menjadi karakteristik pengetahuan?
- Adakah dunia riil di luar akal, apabila ada, dapatkah diketahui;
- Problem mencoba kebenaran (verification);
- Apakah pengetahuan kita itu benar?
- Bagaimana membedakan antara kebenaran dan kekeliruan.
3. Logika
Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan tata cara penalaran yang betul (correct reasoning). Pada mulanya logika sebagai pengetahuan rasional (episteme). Oleh Aristoteles logika disebutnya sebagai analitika, yang kemudian dikembangkan oleh para ahli Abad Tengah yang disebut logika tradisional. Mulai akhir abad ke-19, oleh George Boole logika tradisional dikembangkan menjadi logika modern sehingga dewasa ini logika telah menjadi bidang pengetahuan yang amat luas yang tidak lagi semata-mata bersifat filsafati, tetapi bercorak teknis dan ilmiah. Logika modern saat ini berkembang menjadi logika perlambang, logika kewajiban, logika ganda-nilai, logika intuisionastik, dan berbagai sistem logika tidak baku.
4. Etika
Etika atau filsafat perilaku sebagai satu cabang filsafat yang membicarakan “tindakan” manusia, dengan penekanan yang baik dan buruk. Terdapat dua hal permasalahan, yaitu yang menyangkut “tindakan” dan “baik buruk”. Apabila permasalahan jatuh pada “tindakan” maka etika disebut sebagai filsafat praktis; sedangkan jika jatuh pada “baik-buruk” maka etika disebut “filsafat normatif”.
Dalam pemahaman etika sebagai pengetahuan mengenai norma baik-buruk dalam tindakan mempunyai persoalan yang luas. Etika yang demikian ini mempersoalkan tindakan manusia yang dianggap baik yang harus dijalankan, demikian dengan tindakan buruk atau jahat yang dianggap tidak manusiawi. Sejalan dengan ini, etika berbeda dengan “agama” yang di dalamnya juga memuat dan memberikan norma baik-buruk dalam tindakan manusia. Pasalnya, etika mengandalkan pada rasio semata yang lepas dari sumber Wahyu agama yang dijadikan sumber norma ilahi, dan etika lebih cenderung bersifat analitis daripada praktis. Dengan demikian, etika adalah ilmu yang bekerja secara rasional.
Sementara dari kalangan non-filsafat, etika sering digunakan sebagai pola bertindak praktis (etika profesi), misalnya bagaimana menjalankan bisnis yang bermoral (dalam etika bisnis).
5. Sejarah Filsafat
Sejarah filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan dengan pemikiran filsafat. Biasanya sejarah filsafat ini memuat berbagai pemikiran kefilsafatan (yang beraneka ragam) mulai dari zaman pra Yunani, hingga zaman modern. Juga, dengan mengetahui pemikiran filsafat para ahli pikir (filosof) ini akan didapat berbagai ragam pemikiran dari dahulu hingga sekarang. Di dalam sejarah filsafat akan diketahui pemikiran-pemikiran yang genius hingga pemikir tersebut dapat mengubah dunia, yaitu dengan ide-ide atau gagasan-gagasannya yang cemerlang.

C. Jalinan antara Filsafat dan Agama
Sebagai makhluk rasional, manusia secara hakiki memiliki rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi untuk mencari jawaban pelbagai persoalan asasi. Jawaban itu ada kalanya dicari melalui tuturan orang-orang terdahulu, lalu ia pasrah begitu saja dengan pesan mitologis yang diwariskan tradisi kaumnya; jika tidak puas ia pun mencari di sela-sela lembaran kitab suci, andaikan ia tak puas dengan tuntutan iman-religi yang dikehendaki oleh doktrin kitab suci, mungkin saja ia akan berlari ke pelbagai teorema saintis dan beragam simpulan pengalaman empiris; kalaupun kemudian ia teguh dengan iman religinya, namun tak tahan dengan keringnya sakramen syariat, bisa jadi ia akan berupaya menyibak batin agama, dan mengembara di jalan sufistik sembari mencari makna hidup dari penyaksian irfani.
Akan tetapi, terkadang ada yang kembali pada kedalaman dirinya dan berupaya menemukan jawaban seluruh persoalan hidupnya secara filosofis dengan berpegang teguh pada daya rasional yang menjadi jati diri insaniyah-nya.
Namun demikian, sikap pro kontra mengenai status filsafat dalam dunia Islam ini menyebabkan hubungan antara filsafat dan agama dalam sejarah kadang-kadang dekat dan baik, dan kadang-kadang jauh dan buruk. Ada kalanya para agamawan merintis perkembangan filsafat, tetapi ada kalanya orang beragama terancam oleh pemikiran para filosof yang kritis dan tajam.
Sikap ini pertama-tama dilatarbelakangi oleh adanya karakteristik yang berbeda antara filsafat dan agama. Agama di satu sisi menuntut keimanan dan ketundukan mutlak, sementara filsafat di sisi lain dibangun di atas kebebasan berpikir manusia. Filsafat dimulai dengan rasa heran dan takjub atas fenomena yang dihadapi yang kemudian membakar hasrat keingintahuan manusia untuk menembus rahasia realitas yang meliputinya. Misalnya, misteri tentang hakikat dirinya, mencari tahu akan keberlanjutan hidupnya nanti, dan menyingkap makna di setiap ayat keberadaan.
Baik agama maupun filsafat pada dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai kebenaran yang sejati. Untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki manusia harus mencarinya sendiri dengan mempergunakan alat yang dimilikinya berupa segala potensi lahir dan batin. Sedangkan dalam agama, untuk mendapatkan kebenaran hakiki itu manusia tidak hanya mencarinya sendiri, melainkan ia harus menerima hal-hal yang diwahyukan Tuhan, dengan kata singkat percaya atau iman.
Persoalannya, apakah mungkin filsafat yang berjiwakan berpikir rasional bisa bersandingan mesra dengan agama (Islam) yang notabene bercirikan penghambaan imani? Jawaban atas pertanyaan tersebut tergantung pada pandangan kita mengenai hubungan akal dengan agama. Akal adalah daya kognitif manusia yang berfungsi sebagai kekuatan bernalar (akal teoritis) dan bertindak (akal praktis) baik dalam mencerap dan meneguhkan ada dan tiadanya sebuah realitas; atau juga dalam memutuskan harus dan tidak harusnya suatu tindakan etis.
Oleh karena itu, mengingat bahwa filsafat dan agama pada beberapa aspeknya, memiliki ranah perhatian yang sama, maka terjalinnya suatu hubungan diantara keduanya pada aspek-aspek tersebut bisa dimungkinkan.
Lanjuuut..
 
Support : Creating Website | Fais | Tbi.Jmb
Copyright © 2011. Moh. Faishol Amir Tbi - All Rights Reserved
by Creating Website Published by Faishol AM
Proudly powered by Blogger